digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Geby Indila
PUBLIC Ridha Pratama Rusli

Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional saat ini masih jauh dari target bauran energi yang ditetapkan untuk tahun 2025. Untuk mencapai target ini, diperlukan suatu upaya pengembangan EBT sebagai solusi yang strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan meminimalkan dampak lingkungan. Salah satu alternatif yang menjanjikan adalah biodiesel, mengingat berlimpahnya sumber daya nabati di Indonesia. Proses produksi biodiesel membutuhkan adanya katalis untuk mempercepat terjadinya reaksi, terutama pada temperatur rendah dan tekanan atmosfer. Katalis yang sering digunakan pada skala industri adalah katalis basa seperti hidroksida dan alkoksida. Walaupun mampu mencapai konversi tinggi dalam waktu yang singkat, kedua katalis ini memiliki kelemahan tersendiri dari aspek produksi dan limbah yang dihasilkan. Salah satu alternatif katalis hidroksida dan alkoksida adalah gliseroksida. Gliseroksida yang dapat diperoleh dari produk samping industri biodiesel ini dinilai unggul dari aspek keamanan, ketersediaannya yang tinggi, dan kemampuannya untuk mengurangi limbah. Dengan demikian, sintesis gliseroksida dipandang sebagai langkah inovatif dalam upaya mencari alternatif katalis produksi biodiesel yang lebih berkelanjutan. Penelitian ini difokuskan pada sintesis kalium gliseroksida dan uji aktivitasnya sebagai katalis transesterifikasi minyak. Terdapat tiga parameter yang akan divariasikan, yaitu rasio mol KOH:gliserol (1:1, 2:1, dan 3:1), jumlah katalis (0,4%, 0,8%, dan 1,2%), serta rasio metanol terhadap minyak (3:1, 6:1, dan 9:1). Rancangan percobaan yang digunakan adalah fractional factorial dan diperoleh total 11 tempuhan dengan 3 center point. Transesterifikasi dilaksanakan selama satu jam pada suhu 60–65°C. Hasil analisis menunjukkan ketiga parameter berpengaruh signifikan terhadap gliserol total dan kadar ester metil, tetapi model yang diperoleh mengindikasikan adanya aliasing. Gliserol total terendah (0,108%) dan kadar ester tertinggi (98,877%) diperoleh pada tempuhan ke-11 (katalis 3:1, jumlah katalis 1,2%, dan rasio metanol 9:1). Variasi ini kemudian dibandingkan dengan produk transesterifikasi berkatalis KOH. Produk berkatalis kalium gliseroksida memiliki angka asam dan kadar ester metil lebih tinggi serta gliserol total lebih rendah dibandingkan produk berkatalis KOH.