Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional saat ini masih jauh dari target
bauran energi yang ditetapkan untuk tahun 2025. Untuk mencapai target ini,
diperlukan suatu upaya pengembangan EBT sebagai solusi yang strategis dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan meminimalkan dampak
lingkungan. Salah satu alternatif yang menjanjikan adalah biodiesel, mengingat
berlimpahnya sumber daya nabati di Indonesia. Proses produksi biodiesel
membutuhkan adanya katalis untuk mempercepat terjadinya reaksi, terutama pada
temperatur rendah dan tekanan atmosfer. Katalis yang sering digunakan pada skala
industri adalah katalis basa seperti hidroksida dan alkoksida. Walaupun mampu
mencapai konversi tinggi dalam waktu yang singkat, kedua katalis ini memiliki
kelemahan tersendiri dari aspek produksi dan limbah yang dihasilkan. Salah satu
alternatif katalis hidroksida dan alkoksida adalah gliseroksida. Gliseroksida yang
dapat diperoleh dari produk samping industri biodiesel ini dinilai unggul dari aspek
keamanan, ketersediaannya yang tinggi, dan kemampuannya untuk mengurangi
limbah. Dengan demikian, sintesis gliseroksida dipandang sebagai langkah inovatif
dalam upaya mencari alternatif katalis produksi biodiesel yang lebih berkelanjutan.
Penelitian ini difokuskan pada sintesis kalium gliseroksida dan uji aktivitasnya
sebagai katalis transesterifikasi minyak. Terdapat tiga parameter yang akan
divariasikan, yaitu rasio mol KOH:gliserol (1:1, 2:1, dan 3:1), jumlah katalis (0,4%,
0,8%, dan 1,2%), serta rasio metanol terhadap minyak (3:1, 6:1, dan 9:1).
Rancangan percobaan yang digunakan adalah fractional factorial dan diperoleh
total 11 tempuhan dengan 3 center point. Transesterifikasi dilaksanakan selama
satu jam pada suhu 60–65°C. Hasil analisis menunjukkan ketiga parameter
berpengaruh signifikan terhadap gliserol total dan kadar ester metil, tetapi model
yang diperoleh mengindikasikan adanya aliasing. Gliserol total terendah (0,108%)
dan kadar ester tertinggi (98,877%) diperoleh pada tempuhan ke-11 (katalis 3:1,
jumlah katalis 1,2%, dan rasio metanol 9:1). Variasi ini kemudian dibandingkan
dengan produk transesterifikasi berkatalis KOH. Produk berkatalis kalium
gliseroksida memiliki angka asam dan kadar ester metil lebih tinggi serta gliserol
total lebih rendah dibandingkan produk berkatalis KOH.