digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


COVER Maulana Irfan Ardiansyah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Maulana Irfan Ardiansyah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Maulana Irfan Ardiansyah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Maulana Irfan Ardiansyah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Maulana Irfan Ardiansyah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Maulana Irfan Ardiansyah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

DAFTAR PUSTAKA Maulana Irfan Ardiansyah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

LAMPIRAN Maulana Irfan Ardiansyah
Terbatas  Esha Mustika Dewi
» Gedung UPT Perpustakaan

Biodiesel B40, yang terdiri dari 40% Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dan 60% solar konvensional, telah banyak digunakan di Indonesia namun menghadapi tantangan seperti stabilitas bahan bakar selama penyimpanan dan memastikan proses pembakaran yang sempurna. Untuk mengatasi masalah tersebut, penelitian ini mengevaluasi B40 yang dicampur dengan aditif yang diformulasikan sesuai pedoman Worldwide Fuel Charter (WWFC) pada konsentrasi 0, 73, dan 300 ppm pada mesin diesel Euro 2 dan Euro 4. Pengujian dilakukan dengan menganalisis kondisi sebelum dan sesudah pemakaian melalui uji laboratorium (dynamometer untuk daya dan torsi, kinerja bahan bakar dan pelumas, serta emisi yang diatur), uji bengkel (kehilangan aliran injektor, aliran filter bahan bakar, dan pembongkaran mesin untuk mengevaluasi Combustion Chamber Deposits (CCD), Intake Valve Deposits (IVD), dan Exhaust Valve Deposits (EVD)), serta uji jalan sejauh 10.000 km pulang-pergi pada rute Sentul–Salatiga untuk menilai driveability dan konsumsi bahan bakar di kondisi nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada mesin Euro 2, konsentrasi 73 ppm memberikan performa daya dan torsi paling stabil, kehilangan aliran injektor terendah, dan pengendalian deposit yang baik. Pada mesin Euro 4, 0 ppm terbukti paling stabil karena ukuran injektor dan filter yang lebih kecil lebih sensitif terhadap overdosis aditif. Meskipun 300 ppm tetap mampu menurunkan emisi berbahaya (CO, HC, NOx, dan opasitas) dan menjaga kestabilan pelumas, konsentrasi ini cenderung meningkatkan pembentukan deposit. Pada kedua jenis mesin, kehilangan aliran injektor menjadi faktor utama yang memengaruhi penurunan kinerja, sedangkan CCD, IVD, dan EVD lebih merefleksikan perilaku pembentukan deposit dan aspek ketahanan jangka panjang dibandingkan memengaruhi daya dan torsi secara langsung. Secara keseluruhan, berdasarkan penilaian WWFC yang memprioritaskan kebersihan injektor dan kehilangan aliran injektor, diikuti oleh performa daya dan torsi, konsentrasi 73 ppm merupakan pilihan paling optimal untuk mesin Euro 2. Sementara itu, 0 ppm menjadi pilihan terbaik untuk mesin Euro 4 guna mempertahankan efisiensi, regulasi emisi, dan ketahanan mesin jangka panjang.