digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - HIRUNDINI RUSTICA ABSARI
PUBLIC Irwan Sofiyan

Permasalahan keterbatasan lahan untuk pengembangan di perkotaan mendorong pemanfaatan ruang bawah tanah. Namun, pembangunan di bawah permukaan tanah seringkali menghadapi masalah karena keberadaan airtanah. Penurunan muka airtanah yang dilakukan melalui kegiatan dewatering perlu dikendalikan untuk menghindari dampak negatif dari penurunan muka airtanah yang berlebihan. Pengaktifan sumur injeksi airtanah dapat membantu mengendalikan penurunan muka airtanah. Penelitian ini mengambil studi kasus pada konstruksi galian Stasiun Bawah Tanah Thamrin dan Monas di Jakarta, dengan tujuan untuk menganalisis dan mengevaluasi respon airtanah terhadap kegiatan dewatering dan pengaktifan sumur injeksi untuk memperoleh kriteria desain yang efektif. Simulasi airtanah dengan metode numerik dilakukan dengan memasukkan data olahan geologi, hidrogeologi, dan desain penggalian ke dalam perangkat lunak Visual Modflow 2010.1. Asumsi penurunan head airtanah terjadi karena kombinasi kegiatan dewatering dengan adanya pemompaan di luar lokasi penggalian (faktor drawdown 1) dan nilai konduktivitas hidrolik dinding diafragma yang besar (faktor drawdown 2). Simulasi kegiatan dewatering selama dua tahun menunjukkan penurunan head airtanah sebesar 3 - 4 meter pada jarak 5 meter dari lokasi penggalian dan 0,2 - 1 meter pada jarak 100 meter dari lokasi penggalian. Analisis dan evaluasi terhadap tujuh skenario pengaktifan sumur injeksi dilakukan untuk mendapatkan hubungan antara debit injeksi, jumlah, lokasi, dan waktu pengaktifan sumur injeksi dengan perubahan head airtanah yang menghasilkan nilai efektivitas tinggi. Perhitungan efektivitas dilakukan untuk menilai kinerja sumur injeksi dalam mengurangi penurunan head airtanah yang terjadi dalam bentuk persen. Koreksi perhitungan dilakukan jika terjadi kenaikan head airtanah. Hasil dari analisis dan evaluasi yang dilakukan menghasilkan saran kriteria desain pengaktifan sumur injeksi, yaitu sumur injeksi berjumlah 31, diatur pada jarak 50 hingga 55 meter dengan pola diagonal, debit injeksi sebesar 32 m3/hari hingga 45 m3/hari, kriteria penurunan head airtanah maksimal sebesar 1,8 meter hingga 1,8 meter dan kenaikan head airtanah maksimal yang diperbolehkan, terutama pada area yang jauh dari lokasi penggalian, yaitu kurang dari head airtanah kondisi alami ditambah 1 meter.