Kawasan TOD Blok M-Sisingamangaraja (ASEAN) merupakan pengembangan kawasan transit fase I yang mengintegrasikan antara MRT Jakarta, BRT TransJakarta, Terminal Bus Blok M dan kereta commuterline yang letaknya sekitar 1,5 km di Stasiun Kebayoran Lama. Pengembangan kawasan berorientasi transit diarahkan untuk menjadikan kawasan yang compact dengan kepadatan tinggi. Kondisi TOD Blok M – ASEAN yang terletak di dalam pusat kawasan cagar budaya Kebayoran Baru juga menjadi batasan untuk pengembangan kawasan transit karena secara prinsip bertolak belakang. Selain itu, untuk pengembangan kawasan transit yang walkable harus didukung dengan konektivitas dan aksesibilitas yang tinggi khususnya pada zona inti. Namun saat ini, konektivitas dan aksesibilitas kawasan terhambat dengan adanya blok-blok privat besar yang mengelilingi stasiun MRT. Untuk mengevaluasi kualitas lingkungan perkotaan yang terdiri dari jalur pejalan kaki, intensitas, tata massa bangunan, fungsi dan kegiatan. Studi ini bertujuan untuk memberikan usulan konsep pengembangan kawasan yang telah dibuktikan secara kuantitatif dengan metode analisis kuantitatif menggunakan Urban Network Analysis (UNA).
Metode analisis centrality dalam Urban Network Analysis (UNA) berfungsi untuk menganalisis jarak tempuh, aksesibilitas, daninteraksi antara ruang dan manusia didalam jaringan ruang spasial sehingga dapat menilai efisiensi, aksesibilitas dan konektifitas infrastruktur pejalan kaki. Terdapat 5 perangkat analisis dampak sentralitas yaitu: reach index, gravity index, betweenness index, straightness index dan closeness index. Kelima analisis ini akan digunakan untuk mengevaluasi kualitas lingkungan eksisting (simulasi UNA I) dan preliminary design (simulasi UNA II) pada dokumen Panduan Rancang Kota (PRK) Kawasan TOD Blok M-ASEAN sehingga dapat mengetahui potensi dan permasalahan jaringan kawasan. Simulasi UNA III merupakan evaluasi hasil konsep usulan pengembangan yang telah dibuktikan dengan melakukan iterasi. Usulan konsep pengembangan kawasan ini disusun berdasarkan elemen rancang kota yang terkait, yaitu tata guna lahan, intensitas dan tata massa bangunan, sistem tautan pejalan kaki, ruang terbuka dan preservasi. Dalam pengembangan kawasan transit, konektivitas dan aksesibilitas kawasan dapat didukung oleh hasil reach index dan straightness index yang tinggi namun perlu ada penyesuaian pada titik-titik area cagar budaya.