digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Serat kapuk yang melimpah dan murah dapat dimanfaatkan sebagai sorben alami untuk meningkatkan kualitas minyak atsiri, yang penggunaannya meningkat di industri farmasi karena aktivitas farmakologisnya. Serat kapuk bersifat hidrofobik, oleofilik, dan memiliki lumen yang dapat menyerap minyak. Namun, kelemahan seperti dinding rapuh dan lapisan lilin pada permukaannya menurunkan daya kohesi serat, sehingga sulit digunakan secara efektif. Dengan demikian penelitian ini bertujuan melakukan modifikasi pada sorben serat kapuk untuk meningkatkan rendemen minyak atsiri. Tahap modifikasi serat kapuk dimulai dari tahap pembersihan serat kapuk, pre-treatment dengan NaClO2, modifikasi dengan TEOS, freeze-dry, dan diakhiri dengan metode chemical vapor deposition (CVD) menggunakan senyawa DTMS. Serat kapuk dibersihkan untuk menghilangkan kotoran. Pre-treatment dengan NaClO2 mengurangi lilin dan membuka pori-pori untuk meningkatkan daya serap minyak. TEOS membentuk lapisan silika untuk memperkuat serat. Freeze-drying membentuk serat menjadi spons berpori untuk meningkatkan kapasitas serapan. DTMS melalui CVD menjadikan serat kapuk bersifat superhidrofobik sehingga efisiensi serapan minyak atsiri meningkat. Variasi percobaan yang digunakan adalah variasi packing density, volume DTMS, dan jenis minyak atsiri sebagai adsorbat, yaitu minyak cengkeh, nilam, dan kayu manis. Karakteristik serat kapuk berdasarkan analisis spektrum FTIR menunjukkan bahwa modifikasi akhir serat kapuk menghasilkan dominasi gugus metil siloksan (Si-CH3) dan penurunan gugus hidroksil (-OH), sehingga serat kapuk bersifat superhidrofobik dan kapasitas adsorpsinya meningkat terhadap minyak atsiri. Uji wetting behavior menunjukkan nilai sudut kontak terbesar terhadap air pada serat kapuk yang telah dimodifikasi dengan DTMS 5 mL, yakni senilai 137,550 . Optimalisasi dilakukan pada serat kapuk dengan packing density 0,018 gram/mL dan perlakuan DTMS 5 mL, menghasilkan kapasitas adsorpsi tertinggi untuk minyak cengkeh sebesar 36,1 g/g. Nilai selektivitas tertinggi yang diperoleh dari variasi ini adalah 9,32:1 terhadap minyak nilam dibandingkan terhadap air.