PT Iced Tea, yang didirikan pada tahun 2018, telah berkembang pesat
melalui model waralaba blitzscaling, mencapai lebih dari 1000 outlet di seluruh
Indonesia. Meskipun berhasil pada awalnya, perusahaan kini menghadapi tantangan
termasuk stagnasi dalam pertumbuhan, masalah penegakan kebijakan royalti,
pengadaan bahan baku, cabang yang berkinerja buruk, dan ketidakpatuhan konsisten
dari franchisee terhadap standar. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis situasi bisnis saat ini dari model waralaba PT Iced Tea, mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi keberlanjutannya, dan mengembangkan strategi bisnis
baru untuk pertumbuhan berkelanjutan. Kerangka konseptual didasarkan pada
Kerangka AFI Rothaermel, yang mencakup analisis komprehensif dari Marketing Mix
7P, analisis industri menggunakan PESTEL dan Porter’s Five Forces, serta evaluasi
kompetensi inti melalui kerangka VRIO. Pendekatan metode campuran digunakan,
mengumpulkan data kualitatif melalui wawancara mendalam dengan sepuluh franchisee
dan data kuantitatif melalui kuesioner online yang diberikan kepada 200 pelanggan.
Data kualitatif dianalisis menggunakan analisis konten tematik, sedangkan data
kuantitatif dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan skala Likert. Temuan
menunjukkan bahwa PT Iced Tea harus mengadopsi strategi multifaset dengan
memanfaatkan kekuatan, mengatasi kelemahan, memanfaatkan peluang, dan
mengurangi ancaman. Ini termasuk fokus pada strategi diferensiasi berdasarkan Strategi
Generik Porter, menekankan penetrasi pasar dan pengembangan produk dari Matriks
Ansoff, serta memanfaatkan Matriks BCG Growth-Share untuk mengidentifikasi dan
mereplikasi outlet yang berkinerja tinggi. Dukungan franchisee yang ditingkatkan dan
peningkatan model 'PT Iced Tea's 2.0' direkomendasikan untuk meningkatkan penjualan
dan ekuitas merek, mendorong pertumbuhan berkelanjutan, dan memperkuat
kepemimpinan pasar PT Iced Tea