Tukak peptik merupakan penyakit pada sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya lesi pada
lapisan mukosa akibat ketidakseimbangan faktor agresif dan defensif lambung. Pengobatan tukak
peptik menggunakan obat tradisional yang berasal dari tanaman telah digunakan secara empiris oleh
masyarakat, salah satunya adalah daun kemangi yang memiliki banyak senyawa antioksidan. Ekstrak
etanol daun kemangi telah terbukti dapat mengatasi tukak peptik, tetapi belum ada penelitian yang
menggunakan kemangi dalam bentuk nanosuspensi. Sediaan nanosuspensi diketahui dapat
meningkatkan kelarutan dan bioavaibilitas. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas
antitukak peptik daun kemangi dalam bentuk ekstrak yang dibuat nanosuspensi. Penelitian
menggunakan tikus jantan galur Wistar yang dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok normal
(CMC-Na 0,5%); kontrol negatif (etanol 96%); kontrol positif (sukralfat 200 mg/kg BB); kelompok
ekstrak kemangi (100 mg/kg BB), kelompok nanosuspensi kemangi (100 mg/kg BB), dan kelompok
basis (sakarida & arginin). Pengamatan dilakukan selama 6 hari dengan seluruh kelompok kecuali
kelompok normal diinduksi dengan etanol 96% dosis 1 mL/200g BB (hari ke-1 dan 6), dan dosis 0,5
mL/200g BB (hari ke-2 sampai ke-5). Hewan uji dikorbankan satu jam setelah induksi pada hari ke-6.
Hasil pengujian aktivitas antitukak menunjukkan bahwa kelompok nanosuspensi kemangi memiliki
indeks tukak lambung terendah yaitu 5,92 dengan persentase inhibisi tukak terbesar yaitu 63,39% ;
pH dan bobot cairan lambung berturut-turut yaitu 5,10 ± 0,37 dan 248,96 ± 91,302 ; dan analisis
histologi yang menyerupai kelompok normal. Hasil pengujian antioksidan NS kemangi menunjukkan
penurunan kadar MDA dan peningkatan kadar CUPRAC dibandingkan kontrol negatif, sehingga NS
kemangi terbukti memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Berdasarkan keseluruhan hasil penelitian
ini, nanosuspensi kemangi dengan dosis 100 mg/kg BB memiliki aktivitas antitukak peptik yang paling
baik pada seluruh parameter.