Saccharomyces cerevisiae merupakan ragi yang umum digunakan dalam fermentasi alkohol dan
memanfaatkan gula monosakarida dan disakarida sebagai sumber energi untuk menghasilkan
ergosterol dan etanol. Ergosterol merupakan sterol utama yang ditemukan pada ragi, memiliki
fungsi penting, dan dapat digunakan dalam penelitian sebagai penanda kesehatan sel fungi maupun
dalam aplikasi industri seperti pembuatan produk, misalnya sintesis vitamin D2. Dalam penelitian
ini, Saccharomyces cerevisiae difermentasi dalam media yang mengandung gula (glukosa atau
fruktosa) sebagai sumber karbon utama. Glukosa dan fruktosa merupakan gula sederhana yang
tergolong ke dalam monosakarida dan sering ditemukan dalam buah-buahan, meskipun kedua gula
ini memasuki jalur metabolisme pada titik yang berbeda. Ragi diberikan perlakuan terlebih dahulu
sebelum dibiarkan berfermentasi. Ragi diremajakan dan dipasase sebanyak dua kali, lalu dilakukan
pembenihan dan masuk ke dalam proses fermentasi. Proses fermentasi dilakukan selama 36 jam
menggunakan beberapa konsentrasi gula (1%, 2%, 3%, 5%, 7%, dan 10%), lalu ergosterol yang
diproduksi diekstraksi. Dalam proses ekstraksi, dilakukan optimasi pelarut antara kloroform dan nheksana, dan diperoleh kesimpulan bahwa kloroform memiliki kemampuan lebih baik dalam
mengekstraksi ergosterol dibandingkan n-heksana. Verifikasi metode analisis menggunakan
spektrofotometer UV-Vis juga dilakukan dengan beberapa parameter seperti spesifisitas, linearitas,
presisi, dan akurasi yang ditentukan nilainya. Hasil dari proses verifikasi menunjukkan bahwa semua
parameter memenuhi persyaratan berdasarkan USP 40. Sampel kemudian dianalisis kadarnya
menggunakan metode yang telah terverifikasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa kadar ergosterol
yang dihasilkan dengan menggunakan glukosa ataupun fruktosa sebagai sumber gula tidak berbeda
secara bermakna. Kadar ergosterol optimum dengan rata-rata 23 µg/mL untuk media glukosa dan
23,53 µg/mL untuk media fruktosa dengan konsentrasi gula 5%.