Indonesia, sebagai negara maritim yang melintasi garis khatulistiwa dan terletak
antara Samudra Hindia dan Pasifik, rentan terhadap bencana lingkungan seperti
banjir dan tanah longsor akibat curah hujan ekstrem. Secara keseluruhan, curah
hujan rata-rata Indonesia dipengaruhi oleh variasi iklim antar-tahunan, seperti El
Niño-Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD) dengan
pengaruh terbesar terjadi pada musim SON. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi perubahan pengaruh ENSO dan IOD terhadap curah hujan
ekstrem Indonesia pada musim SON di masa depan.
Penelitian ini menggunakan data curah hujan dan sea surface temperature dari
model iklim CMIP6 periode historis (1985-2014) serta proyeksi masa depan nearfuture (2031-2060) dan far-future (2061-2090) dengan skenario iklim SSP2-4.5 dan
SSP5-8.5. Metode yang digunakan mencakup evaluasi model menggunakan tiga
matriks statistik, perhitungan curah hujan ekstrem menggunakan indeks R95p,
perhitungan indeks ENSO menggunakan ONI, perhitungan indeks IOD
menggunakan DMI, serta analisis hubungan ENSO dan IOD terhadap curah hujan
ekstrem menggunakan regresi linier.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan pengaruh ENSO dan IOD terhadap
curah hujan esktrem di Indonesia pada periode near-future cenderung negatif di
hampir seluruh wilayah, kecuali Pulau Jawa yang mengalami perubahan positif.
Pada periode far-future, pengaruh ENSO di beberapa wilayah Kalimantan dan
pengaruh IOD di Selatan Sumatera menjadi positif. Setelah menghilangkan
pengaruh ENSO dan IOD secara terpisah, terlihat adanya hubungan kompleks
antara keduanya, seperti pada periode masa depan IOD independen memiliki
perubahan nilai di wilayah Selatan Kalimantan dari negatif menjadi positif.
Perubahan signifikan akibat ENSO dan IOD terhadap curah hujan ekstrem terjadi
di Kalimantan Utara, mencapai -80 mm/? akibat ENSO dan -180 mm/? akibat
IOD. Perubahan-perubahan ini akan semakin signifikan pada skenario perubahan
iklim SSP5-8.5.