Kualitas udara di Jakarta menjadi isu kritis akibat tingginya konsentrasi Particulate
Matter 2.5 (PM2.5), yang memiliki dampak kesehatan serius. Salah satu faktor yang
mempengaruhi persebaran PM2.5 adalah lapisan inversi atmosfer, yang dapat
membatasi dispersi polutan di dekat permukaan. Penelitian ini mengkaji hubungan
antara konsentrasi PM2.5 diurnal di permukaan dan perubahan ketinggian lapisan
inversi selama bulan Agustus 2023 di DKI Jakarta.
Pada penelitian ini, digunakan data konsentrasi PM2.5 dari PT Nafas Indonesia
dengan resolusi temporal per jam dan data radiosonde dari Stasiun Meteorologi
Soekarno-Hatta dengan resolusi temporal per 12 jam. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah perhitungan nilai Bulk Richardson Number (BRN) untuk
menentukan stabilitas atmosfer, visualisasi PDF dan CDF untuk melihat persebaran
ketinggian lapisan inversi, serta korelasi Pearson dan regresi linier dengan
mempertimbangkan variabel waktu dan kecepatan angin untuk menganalisis
hubungan keduanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi atmosfer yang stabil dan sangat
stabil, konsentrasi PM2.5 di dekat permukaan meningkat. Terdapat hubungan
positif lemah antara nilai BRN dan ketinggian lapisan inversi, dengan korelasi lebih
kuat pada pukul 07:00 WIB (Waktu Indonesia Barat) dengan nilai 0,28
dibandingkan pukul 19:00 WIB dengan nilai 0,15. Selain itu, kecepatan angin yang
lebih tinggi juga berkontribusi pada dispersi polutan yang lebih efektif sehingga
menurunkan konsentrasi PM2.5 dan secara tidak langsung mempengaruhi
ketinggian lapisan inversi, dengan korelasi yang lemah, baik pada pukul 07:00 WIB
maupun 19:00 WIB.