digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Azra Hijran
PUBLIC Open In Flip Book Ridha Pratama Rusli

Indonesia merupakan salah satu produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar di dunia, dengan produksi diproyeksikan mencapai 46 juta ton pada 2023-2024. Untuk mencapai target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025, pemerintah Indonesia telah menerapkan kebijakan B35, pencampuran solar dengan fatty acid methyl ester (FAME) yang berasal dari transesterifikasi CPO. Secara tradisional, katalis homogen digunakan dalam proses ini, tetapi sensitivitasnya terhadap asam lemak bebas dapat menyebabkan pembentukan sabun, mengurangi hasil biodiesel. Akibatnya, katalis heterogen sedang dikembangkan karena kemampuan mereka untuk mencegah pembentukan sabun dan daur ulang mereka, berkontribusi terhadap produksi biodiesel yang berkelanjutan. Namun, beberapa katalis heterogen tertentu membutuhkan lebih banyak metanol, waktu reaksi yang lebih lama, dan suhu yang lebih tinggi, sehingga memerlukan eksplorasi opsi katalis yang lebih optimal. Penelitian ini mengkaji kinerja katalis padat K2O/?-Al2O3 dalam produksi biodiesel dari RBDPO dan pengaruh suhu reaksi, waktu reaksi, dan prekursor katalis terhadap kinerja katalis. Eksperimen melibatkan transesterifikasi menggunakan katalis K2O/?-Al2O3 yang disintesis dengan prekursor kalium iodida (KI) dan kalium nitrat (KNO3), dengan biodiesel dianalisis kandungan FAME, bilangan asam, nilai saponifikasi, dan kadar gliserol. Proses transesterifikasi menghasilkan biodiesel dengan kadar FAME berkisar antara 95,84% hingga 98,17%, memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 7182:2015) untuk kualitas biodiesel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu reaksi memiliki dampak paling signifikan pada kandungan FAME, dengan suhu yang lebih tinggi meningkatkan hasil. Waktu reaksi juga berpengaruh positif terhadap hasil, sedangkan jenis prekursor memiliki efek minimal. Ditemukan bahwa mengoptimalkan waktu reaksi dan suhu dengan katalis K2O/?-Al2O3 secara signifikan meningkatkan efisiensi produksi biodiesel, sementara prekursor tidak berpengaruh signifikan.