digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dalam domain perkembangan perilaku, kemampuan kognitif mampu menentukan kesuksesan individu anak di masa yang akan datang. Perkembangan kognitif anak dapat distimulasi melalui interaksi antara kondisi bawaan lahir (nature) dan faktor lingkungan (nurture), termasuk asupan gizi dan stimulasi psikososial yang sesuai untuk menunjang pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif yang optimal. Namun demikian, kasus malnutrisi anak, terutama stunting masih menjadi masalah utama generasi muda Indonesia saat ini. Kebutuhan gizi yang tidak terpenuhi dengan baik dalam waktu yang cukup lama, akan berdampak pada gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang kondisi stunting terhadap kemampuan kognitif melalui perbandingan skor uji kognitif serta nilai PSD gelombang alfa dan beta pada anak stunting dan non-stunting. Performa kognitif anak dinilai berdasarkan tiga jenis uji kognitif: (1) geometry puzzle test, (2) speeded matching test, dan (3) picture sequence memory test. Uji kognitif dilakukan seiring dengan perekaman gelombang otak menggunakan MuseTM EEG pada 84 naracoba berusia 5-6 tahun yang dikelompokkan berdasarkan status gizi (stunting dan non-stunting) di dua lokasi pengambilan data. Analisis statistik dilakukan melalui uji ANOVA atau Kruskal Wallis menunjukkan performa anak stunting yang lebih rendah pada uji kognitif dan latensi pengerjaan yang lebih lama (p < 0.05) dibandingkan anak non-stunting. Hasil ini juga didukung oleh nilai PSD (Post-Spectral Density) gelombang alfa yang lebih tinggi, tetapi gelombang beta yang lebih rendah (p < 0.05) pada anak stunting versus non-stunting selama pengerjaan uji kognitif. Rendahnya performa kognitif anak stunting dibandingkan non-stunting yang meliputi skor dan latensi uji kognitif, serta aktivitas gelombang beta mengindikasikan adanya kesulitan dalam memahami, memproses, dan mengingat suatu informasi. Adapun aktivitas gelombang alfa yang lebih tinggi menggambarkan kurangnya atensi dan konsentrasi selama pengerjaan uji kognitif berlangsung sehingga berakibat pada lebih lambatnya kecepatan pemrosesan dan kurangnya ketepatan dalam mengerjakan uji kognitif. Selain itu, hasil pengisian kuisioner oleh orang tua/wali menunjukkan adanya hubungan antara faktor-faktor sosioekonomi terhadap status gizi anak sebagai faktor yang mendasari tidak terpenuhinya asupan gizi yang cukup dan atau penyakit infeksi yang terjadi secara berulang. Hal ini berdampak pada gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak. Dari hasil yang diperoleh, disimpulkan bahwa dampak negatif kondisi stunting mempengaruhi perkembangan kognitif anak ditinjau dari performa pengerjaan uji kognitif yang kurang optimal dan aktivitas gelombang beta yang lebih rendah, tetapi gelombang alfa yang lebih tinggi.