BAB 1 Falsa Arisa Mawarni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Falsa Arisa Mawarni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Falsa Arisa Mawarni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Falsa Arisa Mawarni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Falsa Arisa Mawarni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Falsa Arisa Mawarni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Dalam proses produksi aluminium, bauksit merupakan bahan baku primer yang
diolah melalui Proses Bayer menjadi alumina sebagai bahan baku produksi
aluminium. Pada Proses Bayer, untuk memproduksi 1 ton alumina dapat
menghasilkan residu bauksit sekitar 1-2 ton. Pada tahun 2022, bauksit residu yang
dihasilkan dari proses produksi alumina mencapai 175 juta ton per tahun di seluruh
dunia. Residu bauksit dapat dipertimbangkan sebagai bahan baku sekunder untuk
memperoleh kandungan logam berharganya seperti besi (Fe), aluminium (Al),
titanium (Ti), dan logam tanah jarang. Di sisi lain, terdapat limbah yang belum
memiliki pengelolaan yang baik di Indonesia yaitu sampah yang dapat digunakan
sebagai reduktor. Dalam penelitian ini, ekstraksi besi sebagai komponen terbesar
dalam residu bauksit yang berasal dari PT. Indonesia Chemical Alumina dilakukan
dengan jalur pirometalurgi dengan menggunakan reduktor hasil peuyeumisasi
sampah (reduktor sampah) dan batubara.
Serangkaian percobaan reduksi residu bauksit telah dilakukan untuk mempelajari
pengaruh temperatur dan jenis reduktor terhadap karakteristik produk pada logam
dan terak. Percobaan dilakukan dengan peleburan residu bauksit dengan
menggunakan horizontal tube furnace (HTF) pada variasi temperatur 800-1200°C,
serta variasi jenis reduktor (reduktor sampah atau batubara) untuk jumlah reduktor
1,5 kali kebutuhan stoikiometri berdasarkan basis fixed carbon pada reduktor.
Proses reduksi dilakukan dengan mengalirkan gas argon sebesar 2 L/menit untuk
menciptakan suasana inert di dalam tanur. Hasil reduksi di-mounting dan dipoles
serta dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope-Energy-
Dispersive X-ray Spectroscopy (SEM-EDS) untuk menganalisis mikrostruktur
penampang melintang dari sampel, serta jenis dan komposisi fasa yang terbentuk
dalam sampel hasil reduksi.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, hasil reduksi residu bauksit pada
rentang temperatur 800-1200°C dengan reduktor sampah menunjukkan bahwa
semakin tinggi temperatur, maka kandungan besi pada logam semakin meningkat.
Kandungan besi pada fasa logam tertinggi yang diperoleh sebesar 98,84% pada
temperatur 1100°C. Pada temperatur 1200°C, kandungan besi pada logam menurun
akibat peningkatan kandungan unsur-unsur lain dalam logam. Pada hasil reduksi
dengan menggunakan reduktor batubara, kandungan besi tertinggi diperoleh
sebesar 99,58% pada temperatur 1000°C. Pada temperatur diatas 1100°C,
kandungan besi dalam logam menurun akibat peningkatan kandungan silikon dalam
logam yang signifikan. Fasa terak yang dihasilkan dari reduksi residu bauksit
menggunakan reduktor sampah dan batubara didominasi dengan Al2O3, SiO2, CaO,
Na2O, K2O, TiO, FeO dengan komposisi yang variatif.