digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_Karim Abdullah
PUBLIC Open In Flip Book Perpustakaan Prodi Arsitektur

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 95.181 km dengan luas area ±9 juta km2 meliputi ±2 juta km2 wilayah daratan dan sisanya ±7 juta km2 berupa lautan. Banyaknya area pesisir menyebabkan wilayah di Indonesia rentan terhadap berbagai macam bencana pesisir baik berupa abrasi, badai, banjir maupun rob bahkan kenaikan muka air laut karena pemanasan global. Kabupaten Demak yang terletak di pesisir Pantai Utara Pulau Jawa adalah salah satu daerah yang mengalami bencana pesisir berupa abrasi maupun banjir rob. Jumlah desa di pesisir yang terdampak abrasi maupun banjir rob di Kabupaten Demak adalah 17 desa yang tersebar di tiga kecamatan yakni Kecamatan Sayung, Kecamatan Bonang dan Kecamatan Karangtengah. Desa Bedono yang merupakan bagian pesisir dari Kecamatan Sayung mengalami dampak yang signifikan akibat abrasi maupun banjir rob, setidaknya saat ini terdapat lebih dari 300 ha lahan sudah tergenang ketika laut pasang. Bahkan keberadaan 3 dusun di Desa Bedono terdampak genangan tersebut secara permanen karena elevasinya yang sudah berada di bawah permukaan air laut. Adapun ketiga dusun tersebut yaitu: Dusun Senik/Rejosari, Dusun Pandansari dan Dusun Tambaksari. Perubahan fisik lingkungan yang terjadi akibat dampak abrasi dan banjir rob juga mengubah keadaan masyarakat secara sosial dan ekonomi dengan mengubah profesi mereka sesuai dengan keadaan. Masyarakat mulai melakukan adaptasi sejak tahun 1990 dari bekerja pada sektor pertanian, beralih menjadi nelayan kemudian karena lingkungan yang semakin rusak, masyarakat bertumpu pada sektor pariwisata. Potensi pariwisata yang berkembang saat ini di Desa Bedono setidaknya dapat dikategorikan menjadi 3 jenis yaitu: disaster tourism, religious tourism dan conservation tourism. Adapun secara spesifik, pengembangan potensi pariwisata di Desa Bedono diarahkan pada pengembangan ecotourism dan mangrove and fisheries park. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Demak juga mendorong Desa Bedono agar menjadi desa wisata. Oleh karena itu, maka pendekatan ecotourism sangat penting digunakan untuk menjawab persoalan sosial ekonomi dan lingkungan yang telah terjadi di Desa Bedono. Pendekatan ecotourism digunakan sebagai alat untuk merumuskan konsep perancangan dengan beberapa intervensi yang melengkapi proses perancangan melalui analisis kontekstual dan analisis fungsional agar menghasilkan rancangan yang sesuai kebutuhan pengembangan pariwisata di Desa Bedono. Setelah melalui proses elaborasi dari berbagai rujukan tentang pedoman perancangan desa wisata dan indikator resilience, serta melalui perbandingan beberapa preseden, maka didapat beberapa keyword yang juga menjawab persoalan yang ada di Desa Bedono. Ada empat kriteria penting yang dapat mewakili kebutuhan diantaranya adalah: eco-adaptability, attractive, connectivity dan collaborative. Pengembangan kawasan rancangan menghasilkan usulan rancangan yang mempertimbangkan keterhubungan dan pembagian fungsi antar daya tarik wisata yang ada di sekitar Pantai Morosari, Desa Bedono. Melalui proses analisis alur sirkulasi peziarah, maka ditetapkan ada empat zona kawasan yaitu zona sakral, zona wisata bahari, zona hospitality, zona ekonomi kreatif dan zona mangrove center. Pengembangan kawasan direncanakan secara bertahap untuk meningkatkan kualitas wisata di Pantai Morosari dan sekitarnya. Pentahapan tersebut meningkat seiring dengan intervensi penambahan atraksi yang diusulkan pada setiap fasenya. Pada fase pertama sampai dengan fase ketiga diharapkan status desa wisata dapat meningkat dari desa wisata berkembang, desa wisata maju dan desa wisata mandiri. Adapun pengembangan tapak setelah melalui proses perancangan tapak yang mempertimbangkan delineasi, axis, vista, tema, golden view, organisasi massa, zonasi, titik transit dan alur sirkulasi maka diperoleh hasil rancangan tapak yang sedemikian rupa dengan tiga tema utama yaitu: kedatangan dan edukasi, rekreasi serta pra/pasca ziarah. Terdapat enam bangunan penting di dalam tapak diantaranya adalah: masjid, restoran seafood dan cafe, activity center, education center, area pengelola serta retail suvenir. Adapun secara ecotourism pengembangan Pantai Morosari memenuhi kriteria “eco-adaptability” dengan tiga strategi yang diterapkan yaitu : green infrastructure, grey infrastructure dan building and systems. Kriteria attractive dicapai dengan strategi memunculkan program kegiatan yang harus diwadahi pada tapak di antaranya adalah aspek “what to learn?”, “what to see?”, “what to do?” dan “what to buy?”. Kriteria connectivity dicapai dengan menyediakan fasilitas transportasi yang menghubungkan destinasi baik melalui darat maupun laut. Sedangkan kriteria “collaborative” dicapai dengan memberikan fasilitas wisata yang memberi manfaat dan memantik partisipasi masyarakat.