Teknologi yang umum digunakan untuk memproduksi paduan nikel dari bijih laterit
melalui jalur pirometalurgi adalah RKEF. Penggunaan RKEF secara luas di
Indonesia menegaskan pentingnya teknologi ini, terutama karena tidak ada
alternatif lain yang sebanding untuk mengolah bijih nikel laterit dalam skala besar.
Salah satu tahap penting dalam teknologi RKEF adalah peleburan di tanur listrik
pada temperatur sekitar 1450–1550ºC. Pada area sekitar elektroda karbon dari tanur
listrik dapat terbentuk kesetimbangan antara fasa terak, droplet logam feronikel,
dan kandungan padatan karbon. Logam dengan kandungan karbon dan silika tinggi
dapat terbentuk pada area tersebut dan dapat menyebabkan fenomena Si reversion
dan CO boil pada area lain dalam tanur listrik. Oleh karena itu, studi kesetimbangan
fasa terak MgO–CaO–SiO2 dengan logam feronikel dan padatan karbon perlu
dipelajari untuk mengetahui komposisi likuidus terak dan komposisi logam yang
terbentuk pada kondisi peleburan yang paling reduktif tersebut.
Informasi kesetimbangan fasa pada sistem terak MgO–CaO–SiO2 yang
berkesetimbangan dengan logam feronikel dan padatan karbon diperoleh dengan
melakukan serangkaian percobaan pada temperatur 1350, 1400, 1450, 1550, dan
1550°C. Campuran sintetik yang terdiri dari serbuk oksida, logam, dan grafit
digunakan dan dilebur dalam krusibel karbon dengan menggunakan vertical tube
furnace pada kondisi inert. Setelah kesetimbangan tercapai, sampel dengan cepat
dijatuhkan ke dalam air sehingga analisis dapat dilakukan terhadap fasa-fasa yang
terbentuk pada temperatur kesetimbangan dengan menggunakan SEM–EDS JEOL
NeoScope JCM-7000.
Kesetimbangan fasa pada sistem terak yang umumnya memerlukan waktu reaksi
yang signifikan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dalam 2 jam dengan
menggunakan komposisi campuran awal dari sisi oksidatif. Pendekatan dari sisi
oksidatif dilakukan dengan menambahkan besi dan silikon dalam bentuk
oksidanya. Besi oksida dan silika didapati lebih cepat tereduksi pada kondisi
peleburan reduktif di percobaan ini sehingga meningkatkan kandungan Fe dan Si
dalam paduan. Hasil analisis mikrostruktur dan komposisi sampel menunjukkan
bahwa daerah primer yang banyak teramati pada percobaan ini adalah olivin dan
tridimit. Daerah likuidus sistem terak MgO–CaO–SiO2 yang kesetimbangan
dengan logam feronikel dan padatan karbon meluas seiring dengan peningkatan
temperatur. Perbesaran daerah likuidus yang paling signifikan terjadi pada
peningkatan temperatur dari 1350 ke 1400°C. Perluasan area likuidus di daerah
piroksen dan olivin konsisten sebesar 3 %berat MgO seiring kenaikan temperatur
tiap 50°C pada selang temperatur 1400 hingga 1550°C. Komposisi logam yang
dihasilkan berada dalam area Fe tinggi dengan 0–46 %atom Si dan 2–58 %° Ni.
Logam dengan kandungan Si di bawah 10 %atom umumnya ditemukan pada
temperatur 1450°C. Komposisi kesetimbangan logam dalam penelitian ini memiliki
kisaran temperatur likuidus sekitar 1100–1500°C. Komposisi silikon dalam logam
yang diperoleh pada percobaan ini tidak menunjukkan relasi yang jelas terhadap
ukuran logam dibandingkan temperatur, rasio CaO/SiO2 pada terak, dan rasio Fe/Ni
pada logam. Perbandingan antara hasil eksperimen dan simulasi FactSage 8.0 pada
sistem terak MgO–CaO–SiO2 yang berkesetimbangan dengan logam feronikel dan
padatan karbon menunjukkan perbedaan relatif signifikan pada daerah fasa primer
olivin. Pada studi ini, area lelehan terak telah teridentifikasi pada dua kondisi batas
ekstrem, yaitu batas pembentukan padatan olivin dan batas pembentukan padatan
tridimit/kristobalit. Identifikasi area lelehan ini penting untuk memastikan terak
peleburan nikel dapat di-tapping dari tanur.