BAB 1 Rafiandy Abdullah Harahap
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Rafiandy Abdullah Harahap
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Rafiandy Abdullah Harahap
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Rafiandy Abdullah Harahap
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Rafiandy Abdullah Harahap
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Rafiandy Abdullah Harahap
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Sumber daya nikel di Indonesia umumnya berupa bijih nikel laterit yang
diperkirakan berjumlah 55 juta ton, dengan produksi pada tahun 2023 mencapai
50% produksi nikel dunia yaitu sebesar 1,8 juta ton. Salah satu proses produksi
nikel di Indonesia dilakukan melalui proses pirometalurgi dengan teknologi Rotary
Kiln-Electric Furnace (RKEF) untuk mengolah bijih nikel saprolit. Temperatur
leleh dari terak merupakan parameter yang sangat penting dalam pengolahan bijih
nikel. Kesetimbangan fasa-fasa di dalam terak menentukan karakteristik terak
untuk mempermudah pemisahan terak dari lelehan logam. Proses ini dapat berjalan
optimal pada nisbah SiO2/MgO berkisar antara 1,6–2,2. Permasalahan yang
dihadapi saat ini adalah semakin sedikitnya ketersediaan bijih nikel dengan
SiO2/MgO yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesetimbangan
fasa terak dan padatan pada sistem CaO-MgO-SiO2 di berbagai area fasa primer
pada temperatur 1400°C dan 1500°C.
Percobaan diawali dengan menentukan berat komposisi sampel awal dengan
mengacu pada diagram fasa yang dihasilkan dari simulasi FactSage 8.0 agar
didapatkan kesetimbangan fasa-fasa yang diharapkan. Serbuk oksida-oksida yang
digunakan sebagai campuran awal dianalisa terlebih dahulu kadar air kristalnya
dengan cara memanaskannya pada temperatur 950°C selama 3 jam di dalam muffle
furnace. Serbuk oksida-oksida yang telah diketahui kadar air kristalnya tersebut
ditimbang dan dicampurkan sesuai dengan komposisi yang ditargetkan lalu
dimasukkan ke dalam amplop platinum. Sampel dalam amplop platinum dilebur
pada temperatur 1400°C dan 1500°C selama 2 jam dengan menggunakan vertical
tube furnace (VTF) pada kondisi inert dengan cara mengalirkan gas argon sebesar
1L/menit. Sampel kemudian didinginkan secara cepat dari temperatur tinggi ke
temperatur kamar dengan cara menurunkannya kedalam beaker berisi air. Hasil
peleburan selanjutnya dipreparasi dengan teknik metalografi konvensional, lalu
diamati dan dianalisis menggunakan mikroskop optik dan Scanning Electron
Microscope–Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS) untuk mengetahui tipe
dan komposisi fasa yang terbentuk.
Beberapa fasa padatan yang teridentifikasi pada percobaan ini antara lain:
tridimit/kristobalit (SiO2), olivin (Mg2SiO4), wollastonit (CaSiO3), dan ?-Ca2SiO4.
Komposisi likuidus dan solidus pada area fasa primer tridimit/kristobalit (SiO2),
olivin (Mg2SiO4), wollastonit (CaSiO3), dan ?-Ca2SiO4 telah berhasil diperoleh
pada kondisi variasi temperatur sebesar 1400°C dan 1500°C. Variasi temperatur
memengaruhi luas area fasa lelehan terak dimana ketika temperatur ditingkatkan
area fasa lelehan terak akan semakin meluas. Komposisi likuidus dan solidus hasil
percobaan berkesesuaian dengan komposisi hasil simulasi FactSage 8.0.