digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Streptococcus mutans dan Enterococcus faecalis diketahui sebagai patogen penyebab karies dan biofilm serta menyebabkan infeksi saluran akar gigi. SLS (sodium lauryl sulfate) merupakan surfaktan dalam produk kesehatan gigi terbukti menyebabkan efek inflamasi. Biosurfaktan memiliki kemampuan yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menggantikan SLS. Biosurfaktan dan minyak atsiri kayu manis memiliki potensi untuk digunakan dalam bentuk nanoemulsi dengan bioavailabilitas tinggi dan luas permukaannya yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi nanoemulsi berbasis biosurfaktan dan minyak atsiri kayu manis sebagai agen antibakteri dan antibiofilm pada S. mutans dan E. faecalis. Tahap awal dilakukan identifikasi bakteri penghasil biosurfaktan. Karakterisasi biosurfaktan yang dihasilkan dilakukan melalui analisis Fourier transform infrared (FTIR) dan LCMS. Kemudian dilanjutkan dengan menentukan formulasi nanoemulsi dari campuran biosurfaktan dan minyak atsiri kayu manis. Nanoemulsi dikarakterisasi dengan melihat ukuran partikel, zeta potensial, indeks polidipersitas, stabilitas termal, stabilitas freeze -thaw dan stabilitas mekanik selama 28 hari penyimpanan. Selanjutnya nanoemulsi digunakan untuk pengujian antibiofilm pada S. mutan dan E. faecalis dengan melihat nilai MBIC (Minimum Biofilm Inhibitory Concentration) dan MBEC (Minimum Biofilm Eradication Concentration) serta visualisasi biofilm dengan mikroskop flourensens. Biosurfaktan dihasilkan oleh bakteri Bacillus siamensis dan tergolong dalam glikolipid yang memiliki kemiripan struktur gugus kimia dengan rhamnolipid. Nilai CMC (Critical Micelle Concentration) biosurfaktan yaitu 0,1 g/L sedangkan nilai MIC (Minimum Inhibitory Concentration) nanoemulsi dicapai pada campuran 12,5 ppm biosurfaktan dengan 1.400 ppm minyak atsiri. Berdasarkan hasil MIC dan CMC didapatkan formulasi nanoemulsi (NE) dengan campuran sebagai berikut: NE 100 ppm, NE 50 ppm, NE 25 ppm dan NE 12,5 ppm dengan minyak atsiri kayu manis 5.600 ppm. Nanoemulsi yang paling stabil adalah NE 50 ppm dengan karakteristik ukuran partikel 186,7±4,6 nm, indeks polidispersitas 0,145±0,033 dan zeta potensial -34,90±2,19 mV. Stabilitas penyimpanan terbaik terdapat pada suhu 4±2°C. Nanoemulsi yang paling stabil menunjukkan adanya inhibisi adhesi bakteri serta eradikasi biofilm pada S. mutans dan E. faecalis. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nanoemulsi memiliki potensi sebagai antimikroba dan antibiofilm pada S. mutans dan E. faecalis.