Indonesia, dengan posisi geografisnya di Asia Tenggara dan terletak di antara tiga
lempeng tektonik utama, sangat rentan terhadap tsunami. Penelitian ini
mengestimasi kerusakan dan kerugian ekonomi akibat tsunami di Kecamatan
Palabuhanratu dan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Menggunakan kurva
kerentanan dan model bahaya tsunami, penelitian ini memberikan estimasi
kerusakan bangunan dan evaluasi kesiapsiagaan desa dengan indikator Tsunami
Ready dari IOC UNESCO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gempa bumi
berkekuatan 8,7 Mw menyebabkan kerusakan signifikan di Kelurahan
Palabuhanratu, diikuti oleh Desa Jayanti, Desa Loji, Desa Citepus, dan Desa
Cidadap. Skenario 1 menunjukkan tingkat kerusakan yang lebih tinggi
dibandingkan Skenario 2, dengan sebagian besar bangunan satu lantai mengalami
kerusakan total pada inundasi lebih dari 4 meter. Secara keseluruhan, kerugian
ekonomi langsung terbesar terjadi di Kelurahan Palabuhanratu dan Desa Jayanti,
dengan total kerugian lebih tinggi pada Skenario 1 karena asumsi kerusakan total
pada kedalaman inundasi lebih dari 4 meter. Tsunami juga menyebabkan kerugian
ekonomi tidak langsung di sektor hotel dan penginapan di Palabuhanratu dan
Citepus, mencapai Rp12,5 miliar selama 9 bulan rekonstruksi dan kehilangan
pendapatan pajak sebesar Rp1,25 miliar. Tingkat kapasitas desa/kelurahan
bervariasi, dengan Desa Citepus, Desa Jayanti, dan Desa Loji memiliki kapasitas
tinggi, sementara Desa Cidadap memiliki kapasitas rendah. Pemetaan risiko
menunjukkan Palabuhanratu, Jayanti, Loji, dan Citepus berisiko rendah akibat
tingginya kapasitas dan Cidadap memiliki risiko sedang akibat rendahnya
kapasitas. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dalam strategi
pengurangan risiko tsunami dan perencanaan kebijakan pengelolaan zona pesisir.