digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pertumbuhan populasi urban yang pesat sering kali menimbulkan tantangan seperti kepadatan, kemiskinan, dan pembentukan kawasan kumuh dengan tingkat sanitasi rendah. Kota Pontianak dengan peningkatan populasi mencapai 1,38% berpotensi memperburuk kondisi tersebut. Pada tahun 2024, capaian sanitasi di Pontianak baru mencapai 66%, dengan 500 Kepala Keluarga masih melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Kawasan kumuh di Pontianak, terutama sepanjang Sungai Kapuas, menghadapi masalah pengelolaan air limbah domestik, dengan 54% jamban terbangun tidak sesuai standar. Di Kawasan Kumuh Panglima A. Rani dan Kayu Manis, tingkat penggunaan fasilitas air limbah domestik sangat rendah, hanya 5,17% masyarakat yang menggunakan sistem pengumpulan berupa gorong-gorong yang tidak sesuai standar dan 100% air limbah domestik langsung mengalir ke sungai, sementara air sungai masih digunakan sebagai sumber air bersih oleh sebagian masyarakat. Penelitian ini bertujuan menentukan teknologi yang sesuai untuk mengurangi pencemaran dan dampak kesehatan yang diakibatkan pencemaran air limbah domestik di lokasi tersebut, dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan yang dipengaruhi pasang surut air sungai serta penerimaan masyarakat. Dari hasil analisa, Teknologi Tripikon-S dipilih sebagai solusi. Menggunakan Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) dan Empowerment Framework dengan metode Structural Equation Modeling (SEM), penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan teknologi dan partisipasi masyarakat. Hasil analisis kuantitatif dengan PLS-SEM pada SmartPLS V.3.0 menunjukkan bahwa variabel Facilitating Conditions dan Social Influence berpengaruh signifikan terhadap penerimaan masyarakat (path coefficient 0,373 dan 0,291; t-stat > 1,96 dan p < 0,05), sementara Effort Expectancy dan Performance Expectancy tidak berpengaruh signifikan. Pada analisa partisipasi masyarakat, variabel Opportunity Structure signifikan (path coefficient 0,462; t-stat > 1,96 dan p < 0,05), sementara agency tidak berpengaruh signifikan. Penerimaan stakeholder dan masyarakat terhadap Tripikon-S sudah baik, dengan lebih dari 50% responden menunjukkan niat positif untuk mengadopsi teknologi. Namun, adopsi dapat dilakukan melalui integrasi Tripikon-S dalam program eksisting atau program baru sebagai hibah atau subsidi pemerintah, mengingat keterbatasan kemampuan bayar masyarakat dalam konstruksi unit teknologi air limbah domestik kurang dari Rp1.000.000,-.