Pengelolaan lumpur tinja memainkan peran krusial dalam mendukung pembangunan
berkelanjutan di wilayah perkotaan. Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta Nomor 5 Tahun 2021, Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) berperan atas aspek
sosial dan ekonomi dalam pengelolaan limbah. Pengelola IPLT menghadapi tantangan terkait
kapasitas penyimpanan lumpur kering yang semakin terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini
mengeksplorasi potensi pemanfaatan hasil pengolahan lumpur tinja seperti maggot dan pupuk
organik Kasgot. Penelitian ini mencakup identifikasi rantai pasok produk, analisis penerimaan
pasar terhadap produk, serta analisis finansial menggunakan Net Present Value (NPV) dan
Benefit Cost Ratio (BCR). Pada studi kasus IPLT Duri Kosambi, lumpur hasil olahan yang
dihasilkan dan belum dikelola dengan baik dapat mencapai 100 m3 per bulan. Melalui manajemen
menyeluruh oleh pengelola IPLT, lumpur olahan setengah kering dapat dimanfaatkan dan
didistribusikan melalui truk tinja ke peternakan Black Soldier Flies (BSF) di Kota Jakarta.
Selanjutnya, lumpur olahan akan digunakan sebagai bahan pakan ternak (maggot) dan pupuk
organik Kasgot, masing-masing sejumlah 8 dan 50 ton/bulan, yang diperoleh berdasarkan
estimasi perhitungan. Berdasarkan aspek penerimaan pasar, volume pasar untuk produk
pengelolaan lumpur tinja mencapai Rp169.091.699/ 100 m3 dengan tingkat pertumbuhan 7%
setiap bulan. Adapun faktor yang mempengaruhi aspek penerimaan pasar terdiri dari 9 faktor
dengan indikator tertinggi dipengaruhi oleh variabel permintaan pasar. Pengelolaan lumpur tinja
menggunakan BSF ini layak secara finansial berdasarkan analisis NPV sebesar 1,1 milliar/ tahun
dan BCR senilai 1,1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pandangan holistik tentang
potensi pasar dan kelayakan finansial dalam implementasi pengelolaan lumpur tinja dengan
memanfaatkan BSF.