digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengelolaan lumpur tinja memainkan peran krusial dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di wilayah perkotaan. Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 5 Tahun 2021, Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) berperan atas aspek sosial dan ekonomi dalam pengelolaan limbah. Pengelola IPLT menghadapi tantangan terkait kapasitas penyimpanan lumpur kering yang semakin terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini mengeksplorasi potensi pemanfaatan hasil pengolahan lumpur tinja seperti maggot dan pupuk organik Kasgot. Penelitian ini mencakup identifikasi rantai pasok produk, analisis penerimaan pasar terhadap produk, serta analisis finansial menggunakan Net Present Value (NPV) dan Benefit Cost Ratio (BCR). Pada studi kasus IPLT Duri Kosambi, lumpur hasil olahan yang dihasilkan dan belum dikelola dengan baik dapat mencapai 100 m3 per bulan. Melalui manajemen menyeluruh oleh pengelola IPLT, lumpur olahan setengah kering dapat dimanfaatkan dan didistribusikan melalui truk tinja ke peternakan Black Soldier Flies (BSF) di Kota Jakarta. Selanjutnya, lumpur olahan akan digunakan sebagai bahan pakan ternak (maggot) dan pupuk organik Kasgot, masing-masing sejumlah 8 dan 50 ton/bulan, yang diperoleh berdasarkan estimasi perhitungan. Berdasarkan aspek penerimaan pasar, volume pasar untuk produk pengelolaan lumpur tinja mencapai Rp169.091.699/ 100 m3 dengan tingkat pertumbuhan 7% setiap bulan. Adapun faktor yang mempengaruhi aspek penerimaan pasar terdiri dari 9 faktor dengan indikator tertinggi dipengaruhi oleh variabel permintaan pasar. Pengelolaan lumpur tinja menggunakan BSF ini layak secara finansial berdasarkan analisis NPV sebesar 1,1 milliar/ tahun dan BCR senilai 1,1. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pandangan holistik tentang potensi pasar dan kelayakan finansial dalam implementasi pengelolaan lumpur tinja dengan memanfaatkan BSF.