Industri konstruksi menjadi salah satu sektor yang memberikan peran krusial dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sektor konstruksi menempati urutan kelima pada kontribusi persentase PDB di Indonesia, yaitu sebesar 9,92% pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan tingginya permintaan pasar dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia sehingga muncul persaingan ketat dari perusahaan kontraktor khususnya perusahaan BUMN untuk mendapatkan kontrak baru. Persaingan tinggi ini juga dialami PT Bangun Maju sebagai perusahaan BUMN sehingga perlu meninjau sejauh mana pemasaran berperan aktif dalam perolehan kontrak. Dalam perusahaan konstruksi, pemasaran berperan sebagai pintu untuk mendapatkan kontrak melalui proses tender sehingga perlu memiliki strategi pemasaran yang berbeda dengan industri manufaktur. Strategi pemasaran harus sesuai dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan dengan mempertimbangkan kondisi perusahaan. Pencapaian strategi pemasaran juga harus dapat diukur, dimana KPI (Key Performance Indicator) berperan sebagai alat pengukur capaian dari target yang telah ditetapkan. Permasalahan yang dihadapi terhadap penetapan KPI ialah masih banyak perusahaan yang tidak melakukan cascade untuk penurunan KPI sampai level bawah sehingga tujuan perusahaan tidak terintegrasi dengan baik. Maka, penelitian ini bertujuan untuk menentukan variabel yang memengaruhi kinerja dan menyusun KPI departemen pemasaran serta melihat keterkaitan tiap KPI.
Penelitian ini menggunakan model KBPMS (Knowlede-Based Performance Management System) sebagai acuan dalam perancangan KPI. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan melakukan kajian literatur baik dari laporan tahunan, buku, maupun jurnal. Metode kuantitatif juga dilakukan pada penelitian ini untuk menghitung bobot KPI melalui tingkat penilaian kepentingan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process). Selain itu, dilakukan juga perhitungan benchmarking serta perhitungan kinerja untuk tahun tinjauan, yaitu tahun 2020, 2021, dan 2023. Hasil menunjukkan bahwa variabel yang memengeruhi kinerja departemen pemasaran dapat dilihat dari 3 perspektif dan 9 aspek yang digunakan pada KBPMS. Selain itu, didapatkan perancangan 16 KPI untuk departemen pemasaran. Analisis keterkaitan dilakukan secara kualitatif dimana dicari keterhubungan antara KPI resource capability, internal business process¸dan business result. Selain itu, dilakukan peringkatan untuk pembobotan tertinggi dimana dari hasil perhitungan didapatkan KPI dengan bobot tertinggi ada pada aspek marketing dan after sales service. Hal ini menunjukkan bahwa dua perspektif tersebut memiliki pengaruh lebih besar untuk departemen pemasaran. Pada tahapan pengukuran kinerja, terdapat 10 KPI dari yang penulis susun tidak diukur oleh perusahaan. KPI tersebut tidak diukur karena PT Bangun Maju memiliki satu acuan dalam perancangan KPI sehingga terdapat kegiatan pemasaran yang sebenarnya penting untuk diukur kinerjanya namun tidak ada KPI yang relevan untuk dilakukan penurunan dari level korporat ke level departemen pemasaran. Jika meninjau hasil pengukuran kinerja per tahun tinjauan, tahun 2020 memiliki kinerja paling rendah dibandingkan tahun lain. Hal tersebut karena pada tahun 2020 masih terjadi pandemi Covid-19 dimana masih dilakukan pembatasan sosial sehingga kegiatan proyek terhambat serta terjadi gangguan rantai pasok. Sedangkan di tahun 2021 sudah mengalami peningkatan meskipun terdapat beberapa KPI yang tidak melewati target, penyebabnya ialah karena masih dalam proses pemulihan pandemi Covid-19. Di tahun 2023, kinerja sudah membaik dimana seluruh KPI sudah melewati target karena infrastruktur di Indonesia semakin meningkat akibat tingginya pembangunan di IKN.