digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Dewi Supryati

Taiwan telah secara aktif mempromosikan Industri 4.0 untuk meningkatkan daya saing industri secara global, menjadikan standar dalam penerapannya. Adopsi Industri 4.0 diharapkan dapat meningkatkan efisiensi perusahaan, produktivitas, dan kustomisasi produk. Sejalan dengan itu, Indonesia telah mengembangkan rencana strategis yang diberi nama "Making Indonesia 4.0," dimana industri makanan dan minuman diidentifikasi sebagai sektor prioritas karena dampak dan kelayakannya yang signifikan. Namun, industri makanan dan minuman didominasi oleh industri kecil dan menengah yang menghadapi tantangan besar dalam menerapkan teknologi Industri 4.0. Studi ini meneliti hubungan antar hambatan tersebut dan mengidentifikasi hambatan-hambatan kritis dalam penerapan Industri 4.0 di industry kecil dan menengah sektor makanan dan minuman di Indonesia. Metodologi yang digunakan dalam studi ini mengintegrasikan Metode Delphi, Interpretive Structural Modeling (ISM), dan Matrix Impact with Cross Multiplication Applied to Classification (MICMAC) analysis. Hambatan-hambatan penerapan Industri 4.0 dikategorikan menggunakan kerangka Teknologi- Organisasi-Lingkungan (TOE). Hasil studi ini menunjukkan bahwa analisis MICMAC mendukung model yang diperoleh dari hasil ISM. Hambatan kritis yang diidentifikasi meliputi kurangnya dukungan pemerintah, kebutuhan investasi yang besar, kurangnya pelatihan Industri 4.0, dan minimnya upaya standarisasi, yang semuanya diklasifikasikan dalam klaster independen berdasarkan analisis MICMAC dan ditempatkan pada struktur hirarki yang tinggi (tingkat 6, tingkat 5, tingkat 4) dalam model ISM.