Abstrak - Qorni Tarbiyyati Robbani
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Mikrobioma usus adalah kumpulan triliunan bakteri, virus, jamur, archaea, dan organisme
eukariotik yang hidup dalam hubungan simbiosis di usus. Keanekaragaman mikrobioma usus
sangat penting untuk menjaga kesehatan manusia. Selain itu, mikrobioma usus dapat
menunjukkan profil mikroba yang berbeda berdasarkan gaya hidup, pola makan, lingkungan,
dan perbedaan geografis. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan profil
bakteri dan virus usus manusia pada populasi pesisir Kenjeran, Surabaya, dan dataran tinggi
Pacet, Mojokerto. Data shotgun sequencing dari 22 sampel feses (11 pesisir dan 11 dataran
tinggi) dengan nomor submisi SSUB023028 pada DNA Data Bank of Japan (DDBJ) dianalisis
melalui serangkaian tahapan, yaitu quality control, pemangkasan adapter, assembly,
penghapusan sekuens manusia, binning, pemeriksaan kualitas, analisis taksonomi, dan
visualisasi. Hasil Principal Coordinates Analysis (PCoA) menggunakan Bray-Curtis
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komposisi bakteri dan virus antara populasi pesisir dan
dataran tinggi. Berdasarkan indeks Shannon-Wiener, komunitas virus di usus populasi pesisir
lebih beragam dan berbeda signifikan (p < 0,05 pada uji Wilcoxon) dibandingkan dengan
populasi dataran tinggi. Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk indeks
keanekaragaman komunitas bakteri (p > 0,05) pada kedua lokasi tersebut. Analisis PCoA
menunjukkan bahwa terdapat tiga famili virus yang berperan, yaitu Siphoviridae, Myoviridae,
dan Podoviridae. Siphoviridae adalah keluarga virus dengan kelimpahan relatif terbesar pada
kedua populasi (43,11% di pesisir dan 47,76% di dataran tinggi). Namun kelimpahan
Myoviridae lebih besar pada dataran tinggi (28,18%) dibandingkan dengan populasi pesisir
(25,24%). Sedangkan kelimpahan Podoviridae lebih besar pada populasi pesisir (18,57%)
dibandingkan dengan populasi dataran tinggi (10,71%). Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa
persentase kelimpahan relatif tiga famili virus tersebut berbeda secara signifikan (p < 0,05)
pada kedua lokasi. Selain itu, terdapat tiga genus bakteri penentu pada PCoA, yaitu Roseburia
(3,37%; 11,12%), Faecalibacterium (6,25%; 5,79%), dan Prevotella (27,81%; 14,97%). Uji
Wilcoxon menunjukkan bahwa persentase kelimpahan relatif Prevotella berbeda secara
signifikan (p < 0,05), sedangkan dua genus lainnya tidak berbeda signifikan (p > 0,05) antara
populasi pesisir dan dataran tinggi. Kemudian dilakukan pencarian CRISPR spacer - virus
associations, yang merupakan potongan DNA asing sebagai catatan imunologis untuk melawan
infeksi di masa mendatang, menggunakan PilerCR program v.1.06. Hasil menunjukkan bahwa
Faecalibacterium memiliki spacer yang cocok dengan genom Podoviridae di sampel pesisir,
sedangkan Anaeromassilibacillus memiliki spacer yang cocok dengan genom Myoviridae di
sampel dataran tinggi. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk
pengembangan intervensi kesehatan yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik populasi
pesisir dan dataran tinggi. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat berkontribusi dalam
memperluas pemahaman tentang interaksi antara lokasi geografis, diet, dan mikrobiota usus
dalam mendukung kesehatan manusia.