PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK TERPUSAT SKALA PERMUKIMAN DI KELURAHAN KAPUK, KECAMATAN CENGKARENG, KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT
Terbatas  Maman Ruhiman
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Maman Ruhiman
» Gedung UPT Perpustakaan
Kelurahan Kapuk merupakan salah satu target wilayah perencanaan untuk
mengurangi angka BABS di wilayah DKI Jakarta. Tercatat sebanyak 2.235 KK
atau sekitar 4% yang masih melakukan praktik BABS. Pada tahun 2024
pemerintah DKI Jakarta telah menargetkan 0 BABS. Namun, penurunan angka
BABS setiap tahunnya belum tercapai secara signifikan. Oleh karena itu,
dibutuhkan adanya upaya perbaikan dengan perencanaan SPALD di Kelurahan
Kapuk. Sistem Pengelolaan Limbah Domestik yang diusulkan terdiri atas sistem
terpusat dan individu. Penyebaran lokasi BABS diketahui dengan cara survei
langsung ke lokasi dengan metode transectwalk. Sistem Terpusat akan dibangun
di RW 01 RT 10 dengan kapasitas pelayanan 100 SR. Kawasan ini tergolong
kawasan spesifik karena dikelilingi rawa hasil land subsidence dan sebagian
rumahnya merupakan rumah apung. Alternatif yang dikembangkan dalam sistem
penyaluran terdiri dari 2 jalur perpipaan dan 2 teknologi dengan pengolahan
utama yaitu Anaerobic Baffled Reactor dan Activated Sludge. Pemilihan alternatif
dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
dengan pertimbangan beberapa kriteria yaitu efisiensi pengolahan, lumpur yang
dihasilkan, kebutuhan lahan, dampak lingkungan, biaya operasional, biaya
konstruksi, kemudahan operasional dan pemeliharaan, panjang pipa, banyaknya
pondasi dan galian, dan kebutuhan aksesoris pipa. Sistem yang terpilih adalah
Jalur 1 dengan panjang 568,51 meter dan teknologi Anaerobic Baffled Reactor.
Sebagian sistem pengaliran dirancang di atas permukaan air dan mengalir secara
gravitasi dengan debit rata-rata 1,29 liter/detik. Sistem pengolahannya terdiri dari
barscreen, bak ekualisasi, Anaerobic Baffled Reactor (ABR), Aerobic Filter, dan
Desinfeksi. Berdasarkan analisis finansial, alternatif yang dipilih dapat diterapkan
dengan skenario bantuan biaya operasional dan pemeliharaan dari APBD sebesar
Rp118.000.000,- per tahun selama 22 tahun.