Laporan Statistik Lingkungan Hidup Indonesia: Air dan Lingkungan (2020) menyatakan
bahwa di Indonesia masih terdapat 57,42% rumah tangga yang membuang air limbah
domestiknya ke got/selokan/sungai. Sementara itu, hanya 1,28% rumah tangga yang
tersambung dengan SPALD-T. Sisanya sebagian besar menggunakan teknologi SPALD-S
berupa tangki septik. Saat ini, tercatat ada sebanyak 221 IPLT di Indonesia (Ditjen Cipta Karya,
2023). Namun, kurang dari 10% dari total IPLT yang berjalan secara optimal (Putri & Hermana,
2015). Maka dari itu, masih terdapat potensi pencemaran dari kegiatan BABS tertutup maupun
lumpur tinja yang tidak terolah dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data
mengenai faktor beban pencemar pada lumpur tinja di wilayah Kota Bandung. Perhitungan
potensi beban pencemar dari rumah tangga tanpa IPAL dihitung dengan mengalikan jumlah
penduduk dengan faktor beban pencemar. Dengan tingkat kepercayaan 95% dan taraf
kesalahan 10%, dilakukan pengambilan 42 sampel lumpur tinja dari tangki septik yang
memenuhi akses sanitasi aman, yakni tangki septik yang disedot setidaknya sekali dalam lima
tahun terakhir. Dari hasil uji laboratorium diperoleh faktor beban pencemar sebesar 504,5 gram
TSS/orang/hari, 65,2 gram BOD/orang/hari, 325,1 gram COD/orang/hari, dan 4 gram
NH3/orang/hari. Uji Spearman Rank menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara periode
pengurasan tangki septik dengan faktor beban pencemar BOD dan amonia, tetapi terdapat
korelasi positif kuat antara periode pengurasan tangki septik dengan faktor beban pencemar
COD dan TSS.