digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Kania Filzani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan

Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor) merupakan jenis tanaman bayam yang cukup populer di Indonesia dengan target pasar spesifik dengan kandungan gizi yang sangat baik. Namun, penggunaan pupuk anorganik di bidang pertanian pada budidaya tanaman bayam, menyebabkan produktivitas lahan menurun dan menimbulkan dampak negatif pada hasil budidaya. Hal ini menyebabkan munculnya kekhawatiran terkait dampak negatif penggunaan pupuk anorganik dalam pertanian terhadap lingkungan dan produktivitas tanah. Vermikompos, sebagai alternatif bahan dan pupuk organik berpotensi meningkatkan kandungan nutrisi dan sifat kimia tanah, sehingga dapat digunakan untuk aktivitas pertanian yang lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penambahan vermikompos sebagai media tanam dengan komposisi yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bayam merah. Pada penelitian ini, terdapat empat perlakuan dengan variasi komposisi tanah dan vermikompos berupa yaitu : P1 (kontrol); P2 (25% vermikompos + 75% tanah); P3 (50% vermikompos + 50% tanah); dan P4 (75% vermikompos + 25% tanah). Hasil analisis menunjukkan vermikompos memberikan pengaruh nyata pada growth performance dan biomassa tanaman bayam merah. Dimana didapatkan bahwa P4 menujukkan hasil yang paling baik dengan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot basah, bobot kering, shoot-root ratio, dan kadar air secara berturutturut sebesar 50,67±6,66 cm; 15,22±3,58 helai; 50,44±8,97 cm2; 28,32±4,8 gram; 2,76±0,51 gram; 5,85±0,7; dan 89,8±1,35%. Nilai tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol diikuti dengan P2 dan P3. Pada vitamin C, perlakuan terbaik adalah P2 dan P3 dengan kadar yang sama sebesar 0,37% diikuti oleh P4 dan kontrol pada urutan terakhir. Berbeda dengan kadar klorofil, penggunaan vermikompos tidak memberikan perbedaan yang nyata. Kadar klorofil menunjukkan kontrol sebagai perlakuan terbaik degan nilai sebesar 28,79 SPAD. Maka dari itu, didapatkan kesimpulan bahwa perlakuan terbaik pada penelitian ini adalah P4. Walaupun P4 memberikan nilai pertumbuhan tertinggi, tetapi hasil tersebut tidak berbeda nyata dengan P2. Perlakuan 2 (P2) dinilai sudah cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman bayam merah yang optimal serta lebih ekonomis, selain itu juga menawarkan potensi untuk memajukan budidaya bayam merah secara organik dan berkelanjutan.