Indonesia adalah produsen pisang terbesar ketiga di dunia. Pada tahun 2023, produksi pisang
Indonesia mencapai 9,33 juta ton dengan rata-rata peningkatan sebesar 3,37% selama tiga
tahun terakhir. Namun, produksi pisang menghadapi ancaman serius dari penyakit darah
(Blood Disease Banana), yang menyebabkan kerugian hingga 50%. Kasus terbaru penyakit
darah terdeteksi pada pisang kepok di Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten
Buleleng, Provinsi Bali, pada tahun 2023. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
bakteri penyebab penyakit darah pada pisang kepok di Bali, menganalisis perubahan
kandungan klorofil pasca infeksi, dan menentukan tingkat resistensi varietas pisang terhadap
penyakit darah di antara kultivar Cavendish (AAA), Raja Bulu (AAB), dan Kepok (ABB).
Kandungan klorofil dijadikan sebagai parameter resistensi karena infeksi BDB menyerang
pembuluh xilem menyebabkan gangguan pada transportasi air dan nutrisi, yang akhirnya
menyebabkan gejala klorosis. Identifikasi bakteri penyebab dimulai dengan mengkulturkan
bakteri yang diperoleh dari bagian tanaman pada medium Tetrazolium Chloride (TZC).
Konfirmasi bakteri dilakukan melalui pengamatan morfologi, pewarnaan gram, dan uji
molekuler menggunakan PCR dengan primer universal bakteri 16sRNA dan primer spesifik
Blood Disease Bacterium 121. Setelah terkonfirmasi, dilakukan pembuatan kurva standar dan
kurva tumbuh untuk keperluan injeksi bakteri. Tanaman pisang Cavendish (AAA Group), Raja
Bulu (AAB Group), dan Kepok (ABB Group) berumur 6 bulan dengan ulangan masingmasing
5 pohon, diinokulasi dengan 5 ml inokulum bakteri dengan konsentrasi OD600 = 0,8
atau setara dengan 3x109 cfu/ml, sedangkan kontrol diinokulasi dengan 5 ml akuades steril.
Injeksi dilakukan pada batang sekitar 5 cm di atas permukaan tanah di beberapa titik hingga
injeksi sebanyak 5 ml habis. Pengukuran kandungan klorofil dilakukan selama 11 hari
menggunakan SPAD meter dan 6 minggu dengan RGB Image-J. Pengamatan serangan pasca
injeksi dilakukan setiap minggu selama 6 minggu untuk menentukan Disease Severity Index
(DSI) pada setiap kultivar. Hasil penelitian mengkonfirmasi bakteri penyebab penyakit darah
pada pisang Kepok di Desa Bukti, Bali adalah Ralstonia syzygii subsp. celebesensis dengan
kemiripan sebesar 99% pada database NCBI. Penyakit darah secara signifikan menurunkan
kandungan klorofil pada kultivar Raja Bulu (AAB) dan Kepok (ABB) yang terinfeksi,
dibandingkan dengan tanaman sehat, berdasarkan pengukuran dengan SPAD meter selama 11
hari pertama (p-value Two-Way ANOVA masing-masing 0,0008; 0,0311). Penurunan
kandungan klorofil ini juga signifikan ketika diukur dengan RGB Image-J selama 6 minggu
pada kultivar Raja Bulu dan Kepok (p-value Mann-Whitney masing-masing 0,00004; 0,0342).
Namun, penurunan kandungan klorofil tidak terjadi pada pisang Cavendish (AAA), baik
dengan SPAD meter (p-value Two-Way ANOVA 0,2710) maupun dengan RGB Image-J (pvalue
Two-Way ANOVA 0,2237). Berdasarkan pengukuran DSI selama enam minggu, kultivar
Cavendish (AAA) dengan DSI 0% (tidak ada gejala sama sekali) memiliki tingkat resistensi tertinggi terhadap bakteri Ralstonia syzygii subsp. celebesensis, dibandingkan dengan Raja
Bulu yang mencatat DSI 95,05% dan Kepok dengan DSI 24,05%.