ABSTRAK - Kania Filzani
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Alice Diniarti
» Gedung UPT Perpustakaan
Tanaman Bayam Merah (Amaranthus tricolor) merupakan jenis tanaman bayam
yang cukup populer di Indonesia dengan target pasar spesifik dengan kandungan
gizi yang sangat baik. Namun, penggunaan pupuk anorganik di bidang pertanian
pada budidaya tanaman bayam, menyebabkan produktivitas lahan menurun dan
menimbulkan dampak negatif pada hasil budidaya. Hal ini menyebabkan
munculnya kekhawatiran terkait dampak negatif penggunaan pupuk anorganik
dalam pertanian terhadap lingkungan dan produktivitas tanah. Vermikompos,
sebagai alternatif bahan dan pupuk organik berpotensi meningkatkan kandungan
nutrisi dan sifat kimia tanah, sehingga dapat digunakan untuk aktivitas pertanian
yang lebih ramah lingkungan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh penambahan vermikompos sebagai media tanam dengan
komposisi yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bayam
merah. Pada penelitian ini, terdapat empat perlakuan dengan variasi komposisi
tanah dan vermikompos berupa yaitu : P1 (kontrol); P2 (25% vermikompos + 75%
tanah); P3 (50% vermikompos + 50% tanah); dan P4 (75% vermikompos + 25%
tanah). Hasil analisis menunjukkan vermikompos memberikan pengaruh nyata
pada growth performance dan biomassa tanaman bayam merah. Dimana didapatkan
bahwa P4 menujukkan hasil yang paling baik dengan tinggi tanaman, jumlah daun,
luas daun, bobot basah, bobot kering, shoot-root ratio, dan kadar air secara berturutturut
sebesar 50,67±6,66 cm; 15,22±3,58 helai; 50,44±8,97 cm2; 28,32±4,8 gram;
2,76±0,51 gram; 5,85±0,7; dan 89,8±1,35%. Nilai tersebut lebih baik jika
dibandingkan dengan perlakuan kontrol diikuti dengan P2 dan P3. Pada vitamin C,
perlakuan terbaik adalah P2 dan P3 dengan kadar yang sama sebesar 0,37% diikuti
oleh P4 dan kontrol pada urutan terakhir. Berbeda dengan kadar klorofil, penggunaan vermikompos tidak memberikan perbedaan yang nyata. Kadar klorofil
menunjukkan kontrol sebagai perlakuan terbaik degan nilai sebesar 28,79 SPAD.
Maka dari itu, didapatkan kesimpulan bahwa perlakuan terbaik pada penelitian ini
adalah P4. Walaupun P4 memberikan nilai pertumbuhan tertinggi, tetapi hasil
tersebut tidak berbeda nyata dengan P2. Perlakuan 2 (P2) dinilai sudah cukup untuk
menunjang pertumbuhan tanaman bayam merah yang optimal serta lebih ekonomis,
selain itu juga menawarkan potensi untuk memajukan budidaya bayam merah
secara organik dan berkelanjutan.