digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Ritual Mapag Toya adalah tradisi budaya agraris yang masih terjaga oleh masyarakat Hindu Bali dalam tata kelola pengairan tradisional di subak yang diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Tradisi praktik budaya Ritual Mapag Toya dicirikan oleh kekuatan mitos dan simbol yang mengandung nilai luhur serta makna relasi harmonis manusia, alam, dan Sang Pencipta sebagai manifestasi konsep Tri Hita Karana (parhyangan, pawongan, palemahan) untuk mencapai keseimbangan alam semesta, kebahagiaan kesejahteraan, kebahagiaan, dan kemakmuran (jagadhita) melalui unsur air dan padi. Ritual Mapag Toya saat ini masih terjaga untuk tetap dilaksanakan sebagai tradisi namun di sisi lain generasi muda masyarakat Bali mulai terimbas modernisasi sehingga berdampak pada pola pikir dan perilaku ke arah modern dan ekonomis, memberikan dampak kepunahan subak karena alih fungsi lahan, ketersediaan air bersih yang terbatas, kerusakan lingkungan, kurangnya minat generasi muda untuk bekerja sebagai petani, serta memengaruhi pesan yang terkandung dalam praktik budaya Ritual Mapag Toya seiring berjalannya waktu hingga saat ini. Ritual Mapag Toya dalam konteks warisan budaya takbenda, saat ini menjadi penting untuk dilestarikan karena pengetahuan tradisional semakin sulit dipahami dengan masifnya penyerapan budaya global melalui kemudahan akses pada teknologi informasi. Perlunya mengkomunikasikan kembali pengetahuan tradisional praktik budaya Ritual Mapag Toya beserta nilai-nilai pemuliaan air sebagai upaya transmisi pengetahuan kepada generasi penerus melalui pengarsipan secara digital. Pengarsipan digital praktik budaya Mapag Toya mencakup ritual, simbol, dan mitos dengan proses remediasi berbasis Narasi Visual Digital Mitografi untuk memberikan pemahaman yang lengkap tentang nilai-nilai yang direfleksikan dalam praktik Ritual Mapag Toya kepada generasi muda masyarakat Bali.