Bekatul merupakan salah satu produk samping padi yang mengandung zat bioaktif seperti
senyawa fenolik. Senyawa fenolik bermanfaat sebagai antioksidan, antikarsinogenik, dan
antimikroba. Penelitian mengenai enkapsulasi sudah banyak dilakukan namun minim
penelitian mengenai perubahan kandungan senyawa fenolik khususnya dari ekstrak
bekatul saat mengalami proses pengeringan. Penelitian ini dilakukan untuk mengoptimasi
ekstraksi dan pengeringan dengan enkapsulasi senyawa fenolik dari bekatul padi. Tujuan
dari penelitian ini adalah mencari jumlah bahan penyalut dan temperatur yang optimum
dalam menghasilkan ekstrak bekatul dengan Kandungan Fenolik Total (KFT) maksimal
beserta pengaruh jumlah bahan penyalut dan temperatur dalam proses pengeringan.
Produksi ekstrak bekatul dilakukan dengan dua tahap utama: ekstraksi dan enkapsulasi.
Ekstraksi dilakukan menggunakan metode ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro
(EBM) dan pelarut etanol 80%.
Pengeringan dan enkapsulasi dilakukan menggunakan metode spray drying dengan bahan
penyalut campuran maltodekstrin dan gom arabik (1:1) pada konsentrasi 0-1,6% (w/v)
dan kondisi operasi temperatur udara dalam rentang 120-195oC, laju alir sampel 5
mL/menit, laju alir udara nozzle 28 NL/menit, dan laju alir udara pengering 0,47
m3
/menit. Analisis dilakukan untuk mengukur KFT dengan uji Folin-Ciocalteu dan
mengukur persen hilang bubuk dalam pengeringan. Model dibentuk untuk memprediksi
proses pengeringan dengan persamaan ODE secara curve fitting menggunakan Ms Excel.
Dari penelitian ini, ditemukan bahwa jumlah bahan penyalut dan temperatur yang
optimum adalah 1,6% dan 175oC dengan KFT 20,7 mgGAE/g dan persen hilang 64%.
Namun temperatur yang optimum berdasarkan pemodelan adalah 175,2
oC. Perbandingan
hasil model berdasarkan data penelitian, data Mardiah (2023), dan data Mishra (2014)
menunjukkan perbedaan reaksi-reaksi yang terjadi selama proses pengeringan dan
perbedaan parameter kinetika reaksi.