Penelitian ini mengkaji interaksi antara organisasi-mandiri (self-organization) dan
intervensi perencanaan dalam konteks sistem transportasi megaregion Pantai Utara
Jawa, dengan fokus khusus pada fenomena migrasi sirkuler. Megaregion Pantai
Utara Jawa merupakan kawasan perkotaan yang terhubung oleh jaringan
infrastruktur seperti jalur pantura dan jalan tol transjawa, yang mencakup wilayah
dari Merak hingga Banyuwangi. Studi ini bertujuan untuk memahami bagaimana
pola organisasi-mandiri (self-organization) yang diharapkan (desirable) dan tidak
diharapkan (undesirable) muncul dalam sistem transportasi migrasi sirkuler, serta
bagaimana intervensi perencanaan multi-level dapat mempengaruhi dinamika
tersebut. Penelitian ini menemukan bahwa megaregion perlu dilihat sebagai sistem
kompleks dan dinamis yang memerlukan pendekatan perencanaan yang adaptif dan
multilevel. Pendekatan tradisional yang menganggap perkotaan sebagai sistem
tertutup dan statis terbukti tidak memadai dalam menghadapi tantangan sosiospasial yang hiperkompleks dari megaregion. Melalui konsep organisasi mandiri
(self-organization), penelitian ini mengidentifikasi pola-pola yang diharapkan
(desirable) dan tidak diharapkan (undesirable) dalam kinerja transportasi migrasi
sirkuler. Selain itu, interaksi antara organisasi mandiri dan intervensi perencanaan
juga dieksplorasi untuk memahami bagaimana pendekatan perencanaan dapat
merespons dinamika perubahan yang terjadi. Dinamika ini diperkuat oleh struktur
multi-level pemerintahan (multi-level governance) yang sering kali tidak
terkoordinasi dengan baik, menyebabkan tantangan dalam pengelolaan
transportasi. Temuan penelitian ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas
sektor dan tingkat pemerintahan untuk mengelola dinamika perkotaan yang
kompleks.