Industri elektronik, salah satu sektor prioritas di Indonesia, menunjukkan
pertumbuhan positif dalam beberapa tahun terakhir. Namun, industri ini
menghadapi tantangan besar karena kurangnya rantai pasok yang terintegrasi,
sehingga termasuk dalam Perencanaan Strategis Kementerian Perindustrian untuk
meningkatkan daya saing industri lokal. Meskipun ada upaya yang dilakukan,
Indonesia masih menghadapi tantangan dalam efisiensi logistik dan rantai pasok
akibat infrastruktur yang buruk, jaringan TI yang tidak dapat diandalkan, dan biaya
logistik yang tinggi. Manajemen rantai pasok cerdas (SCM 4.0) menggunakan
teknologi canggih seperti IoT, AI, dan big data untuk meningkatkan pengambilan
keputusan, efisiensi operasional, serta visibilitas dan kelincahan rantai pasok.
Meskipun kompleks, SCM 4.0 memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas rantai
pasok industri elektronik di Indonesia dan mendukung perekonomian nasional.
Namun, keberhasilan implementasi memerlukan penanganan hambatan-hambatan
yang ada untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan. Studi ini berusaha
mengidentifikasi hambatan-hambatan manajemen rantai pasok cerdas di industri
elektronik Indonesia dan menemukan hubungan hierarkis di antara hambatan-
hambatan tersebut. Tinjauan Literatur Sistematis digunakan untuk menemukan
hambatan awal terkait implementasi manajemen rantai pasok cerdas yang
menghasilkan total 21 hambatan awal. Hambatan awal kemudian divalidasi
menggunakan metode Delphi dan menghasilkan hanya 12 hambatan yang dianggap
penting untuk dianalisis pada tahap berikutnya. ISM-MICMAC digunakan untuk
membangun hubungan hierarkis di antara hambatan-hambatan tersebut dan
mengelompokkan mereka berdasarkan kekuatan pendorong dan ketergantungan.
Kurangnya regulasi dan dukungan pemerintah serta kurangnya insentif pemerintah
menjadi hambatan paling mendasar dan juga dikategorikan sebagai hambatan
independen. Berdasarkan hasil tersebut, studi ini juga mengusulkan strategi
implementasi manajemen rantai pasok cerdas untuk industri elektronik di Indonesia.