Sebagai upaya pencapaian target produksi Minyak dan Gas Bumi tahun 2030 dimana produksi
Minyak Bumi sebesar 1 Juta Barel per Hari (BOPD) dan produksi Gas sebesar 12 Miliar Kaki
Kubik per Hari (BSCFD) sebagaimana yang ditetapkan pemerintah, Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menghimbau kepada
seluruh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang memiliki wilayah kerja di Indonesia
untuk mendukung target tersebut, termasuk PT. PERTAMINA EP. Salah satu upaya untuk
mencapai target tersebut adalah dengan melakukan pengeboran. Hal yang sama dilakukan oleh
PT Pertamina EP yaitu dengan mencari beberapa sumur kandidat untuk dilakukan pengeboran
termasuk di Struktur Akasia Bagus. Namun dalam upaya pemenuhan target tersebut terdapat
beberapa kendala yang menyebabkan terjadinya keterlambatan pelaksanaan Pengeboran
diantaranya pengeboran di struktur Akasia Bagus, Lapangan Jatibarang, Zona 7. Pada tahun
2024, PT. PERTAMINA EP ditargetkan akan melakukan pengeboran sebanyak 21 sumur
termasuk di Struktur Lapangan Akasia Bagus Jatibarang. Dalam pelaksanaanya terdapat
kendala perizinan dan pembebasan lahan yang menyebabkan potensi tidak tercapainya target
jumlah pemboran pada tahun 2024. Untuk mencapai target pemboran yang telah ditetapkan
diperlukan langkah-langkah alternatif baik dari segi metode pemboran maupun proses
perizinan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan tidak
tercapainya target pemboran pada lapangan Jatibarang. Penulis menggunakan metode diagram
tulang ikan untuk mencari beberapa kemungkinan penyebab tidak tercapainya target pemboran.
Dari hasil Forum Group Discussion (FGD) yang melibatkan pakar di wilayah 7 PT.Pertamina
EP dihasilkan beberapa alternatif solusi antara lain (1) Sumur Baru di Cluster Berbeda, (2)
Sumur Kembar, (3) Sumur Sidetrack. Software Super Decision digunakan untuk melakukan
perhitungan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang digunakan untuk memilih
solusi terbaik berdasarkan kriteria sebagai berikut: waktu pemboran, biaya pemboran, kesiapan
proyek, HSE, Hasil Produksi. Solusi terbaik berdasarkan analisis AHP adalah Sumur Sidetrack
dengan nilai sebesar 64,3%. Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa penambahan route 6"
merupakan pilihan terbaik dengan nilai 64,3%. Untuk memastikan hasil analisis AHP
terealisasi, maka disusunlah Rencana Pelaksanaan agar solusi ini dapat terlaksana sesuai waktu,
biaya dan tidak terdapat masalah keselamatan. Berdasarkan hasil pembahasan dan data sumur,
pekerjaan sidetrack ini diimplementasikan pada sumur ABG-9 dan ABG-16 yang mana data
sumur tersebut telah memenuhi spesifikasi dan hasil produksinya masih belum optimal. Dan
dengan adanya rencana tersebut, maka realisasi pemboran di Lapangan Jatibarang dapat
bertambah sebanyak 2 sumur dan dapat memenuhi target pemboran yang telah ditetapkan.