digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sebagai upaya pencapaian target produksi Minyak dan Gas Bumi tahun 2030 dimana produksi Minyak Bumi sebesar 1 Juta Barel per Hari (BOPD) dan produksi Gas sebesar 12 Miliar Kaki Kubik per Hari (BSCFD) sebagaimana yang ditetapkan pemerintah, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menghimbau kepada seluruh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang memiliki wilayah kerja di Indonesia untuk mendukung target tersebut, termasuk PT. PERTAMINA EP. Salah satu upaya untuk mencapai target tersebut adalah dengan melakukan pengeboran. Hal yang sama dilakukan oleh PT Pertamina EP yaitu dengan mencari beberapa sumur kandidat untuk dilakukan pengeboran termasuk di Struktur Akasia Bagus. Namun dalam upaya pemenuhan target tersebut terdapat beberapa kendala yang menyebabkan terjadinya keterlambatan pelaksanaan Pengeboran diantaranya pengeboran di struktur Akasia Bagus, Lapangan Jatibarang, Zona 7. Pada tahun 2024, PT. PERTAMINA EP ditargetkan akan melakukan pengeboran sebanyak 21 sumur termasuk di Struktur Lapangan Akasia Bagus Jatibarang. Dalam pelaksanaanya terdapat kendala perizinan dan pembebasan lahan yang menyebabkan potensi tidak tercapainya target jumlah pemboran pada tahun 2024. Untuk mencapai target pemboran yang telah ditetapkan diperlukan langkah-langkah alternatif baik dari segi metode pemboran maupun proses perizinan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan tidak tercapainya target pemboran pada lapangan Jatibarang. Penulis menggunakan metode diagram tulang ikan untuk mencari beberapa kemungkinan penyebab tidak tercapainya target pemboran. Dari hasil Forum Group Discussion (FGD) yang melibatkan pakar di wilayah 7 PT.Pertamina EP dihasilkan beberapa alternatif solusi antara lain (1) Sumur Baru di Cluster Berbeda, (2) Sumur Kembar, (3) Sumur Sidetrack. Software Super Decision digunakan untuk melakukan perhitungan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang digunakan untuk memilih solusi terbaik berdasarkan kriteria sebagai berikut: waktu pemboran, biaya pemboran, kesiapan proyek, HSE, Hasil Produksi. Solusi terbaik berdasarkan analisis AHP adalah Sumur Sidetrack dengan nilai sebesar 64,3%. Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa penambahan route 6" merupakan pilihan terbaik dengan nilai 64,3%. Untuk memastikan hasil analisis AHP terealisasi, maka disusunlah Rencana Pelaksanaan agar solusi ini dapat terlaksana sesuai waktu, biaya dan tidak terdapat masalah keselamatan. Berdasarkan hasil pembahasan dan data sumur, pekerjaan sidetrack ini diimplementasikan pada sumur ABG-9 dan ABG-16 yang mana data sumur tersebut telah memenuhi spesifikasi dan hasil produksinya masih belum optimal. Dan dengan adanya rencana tersebut, maka realisasi pemboran di Lapangan Jatibarang dapat bertambah sebanyak 2 sumur dan dapat memenuhi target pemboran yang telah ditetapkan.