Bagi perusahaan farmasi, pemilihan lokasi fasilitas produksi radiofarmaka yang
optimal menjadi krusial untuk memastikan efisiensi operasional, efektifitas biaya,
dan daya saing pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka
kerja pengambilan keputusan multi-kriteria untuk pemilihan lokasi optimal fasilitas
radiofarmaka di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten menggunakan
Analytical Hierarchy Process (AHP). Penelitian dimulai dengan identifikasi lokasi
alternatif, yaitu Cikarang, Cibitung, Cikampek, dan Banjaran yang kemudian
identifikasi kriteria utama relevan, yaitu kedekatan dengan pelanggan,
aksesibilitas transportasi, dukungan operasional, penerimaan publik, dan
penerimaan hukum. Data wawancara dengan para ahli dan pemangku kepentingan
dikumpulkan untuk menentukan bobot prioritas setiap kriteria dan sub-kriteria
menggunakan perbandingan berpasangan dalam AHP.
Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa kedekatan dengan pelanggan merupakan
kriteria yang paling penting. Sub-kriteria "jumlah rumah sakit yang dilayani"
memiliki bobot prioritas tertinggi dalam kriteria kedekatan dengan pelanggan,
sedangkan "jarak ke gerbang tol terdekat" menjadi sub-kriteria yang paling
penting dalam kriteria aksesibilitas transportasi. Lokasi yang paling optimal untuk
pembangunan fasilitas radiofarmaka adalah di Cikarang, Kabupaten Bekasi.
Lokasi ini memiliki keunggulan dalam hal kedekatan dengan rumah sakit dan
fasilitas kesehatan, akses transportasi yang baik, serta pemenuhan terhadap
regulasi dan perizinan yang berkontribusi pada perolehan skor tertinggi dalam
analisis AHP. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa hasil pemilihan lokasi
cukup robust terhadap perubahan bobot kriteria.
Penelitian ini memberikan kontribusi penting dengan memberikan kerangka kerja
pengambilan keputusan multi-kriteria yang sistematis dalam pemilihan lokasi
fasilitas radiofarmaka. Selain itu, penelitian ini juga memberikan wawasan tentang
faktor-faktor kunci yang perlu dipertimbangkan.