digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bagi perusahaan farmasi, pemilihan lokasi fasilitas produksi radiofarmaka yang optimal menjadi krusial untuk memastikan efisiensi operasional, efektifitas biaya, dan daya saing pasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kerangka kerja pengambilan keputusan multi-kriteria untuk pemilihan lokasi optimal fasilitas radiofarmaka di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Penelitian dimulai dengan identifikasi lokasi alternatif, yaitu Cikarang, Cibitung, Cikampek, dan Banjaran yang kemudian identifikasi kriteria utama relevan, yaitu kedekatan dengan pelanggan, aksesibilitas transportasi, dukungan operasional, penerimaan publik, dan penerimaan hukum. Data wawancara dengan para ahli dan pemangku kepentingan dikumpulkan untuk menentukan bobot prioritas setiap kriteria dan sub-kriteria menggunakan perbandingan berpasangan dalam AHP. Hasil analisis AHP menunjukkan bahwa kedekatan dengan pelanggan merupakan kriteria yang paling penting. Sub-kriteria "jumlah rumah sakit yang dilayani" memiliki bobot prioritas tertinggi dalam kriteria kedekatan dengan pelanggan, sedangkan "jarak ke gerbang tol terdekat" menjadi sub-kriteria yang paling penting dalam kriteria aksesibilitas transportasi. Lokasi yang paling optimal untuk pembangunan fasilitas radiofarmaka adalah di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Lokasi ini memiliki keunggulan dalam hal kedekatan dengan rumah sakit dan fasilitas kesehatan, akses transportasi yang baik, serta pemenuhan terhadap regulasi dan perizinan yang berkontribusi pada perolehan skor tertinggi dalam analisis AHP. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa hasil pemilihan lokasi cukup robust terhadap perubahan bobot kriteria. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dengan memberikan kerangka kerja pengambilan keputusan multi-kriteria yang sistematis dalam pemilihan lokasi fasilitas radiofarmaka. Selain itu, penelitian ini juga memberikan wawasan tentang faktor-faktor kunci yang perlu dipertimbangkan.