Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kawasan pesisir di Indonesia memiliki daya tarik yang sangat tinggi sebagai tujuan wisata hingga bermukim. Laju urbanisasi yang sangat tinggi meningkatkan potensi pemanfaatan kawasan pesisir di Indonesia. Di sisi lain, letak geografisnya yang berada di pertemuan antara tiga lempeng benua membuat Indonesia menjadi rentan terhadap bencana kemaritiman, khususnya tsunami. Kawasan pesisir di selatan pulau Jawa dibayangi ancaman bencana tsunami megathrust dengan prediksi ketinggian gelombang hingga 20 meter yang sampai ke daratan dalam hitungan menit. Ketiadaan pedoman perancangan kawasan yang berorientasi pada proses evakuasi tsunami menambah tingkat kerentanan. Penelitian ini mengisi celah tersebut dengan mengidentifikasi konfigurasi bentuk ruang kota kawasan pesisir yang baik dalam memfasilitasi proses evakuasi bencana tsunami. Dengan kaitannya dengan jalur evakuasi, serta penempatan fasilitas evakuasi seperti bangunan dan penanda evakuasi, penelitian ini dilakukan dnegan melihat performa dan kecenderungan masyarakat dalam melakukan evakuasi tsunami menggunakan alat bantuan berupa SpaceSyntax dan NetLogo. Penelitian ini menemukan bahwa pola kawasan grid dengan ukuran 100 hingga 150 meter memiliki performa yang paling baik dikarenakan karakteristiknya yang memiliki nilai konektivitas yang terdistribusi dengan baik. Selain itu, peningkatan visibilitas fasilitas-fasilitas evakuasi juga merupakan aspek yang signifikan dalam perancangan kawasan berorientasi proses evakuasi di kawasan pesisir yang memiliki kerawanan tinggi terhadap bencana tsunami. Selain itu, kriteria-kriteria dan prinsip-prinsip perancangan kawasan pesisir berorientasi proses evakuasi yang mencakup elemen-elemen perancangan kota lainnya dirumuskan untuk mendapatkan hasil yang lebih signifikan. Pengimplementasian penelitian pada kawasan pesisir Pantai Parangtritis menunjukkan adanya peningkatan drastis pada jumlah pelaku evakuasi yang berhasil mengevakuasi diri ke tempat aman.