digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Rambut rontok, atau alopecia, adalah masalah global, dengan 3,8% dari populasi Asia Tenggara terpengaruh oleh Alopecia Areata, suatu gangguan autoimun. Perawatan tradisional seperti minoxidil dan finasteride, meskipun efektif, sering kali memiliki efek samping. Untuk mengatasi hal ini, Sassle, sebuah startup perawatan rambut, mengembangkan serum rambut berbasis almond bekerja sama dengan Sekolah Farmasi ITB, menawarkan solusi alami tanpa efek samping. Sassle telah menyelesaikan pengembangan produk dan bersiap untuk meluncurkan strategi go-to-market mereka. Studi ini mengevaluasi kelayakan finansial produk Sassle dengan menggunakan data primer dari catatan Sassle dan data sekunder dari perusahaan sejenis dalam industri ini. Metode keuangan utama seperti Payback Period, Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR) dianalisis, bersama dengan analisis skenario dalam kondisi pesimis, dasar, dan optimis. Skenario dasar menunjukkan Payback Period selama 2 tahun 6 bulan, NPV positif sebesar Rp377,496,292, dan IRR sebesar 53%, melebihi Weighted Average Cost of Capital (WACC) sebesar 7,37%. Dalam skenario pesimis, dengan pengurangan penjualan sebesar 25%, Payback Period adalah 3 tahun 4 bulan, dengan NPV positif sebesar Rp265,601,139 dan IRR sebesar 35%. Skenario optimis, dengan peningkatan penjualan sebesar 15%, memperkirakan Payback Period selama 2 tahun 4 bulan, NPV positif sebesar Rp600,325,965, dan IRR sebesar 70%. Temuan ini mengkonfirmasi bahwa model bisnis Sassle secara finansial layak dan mampu memberikan pengembalian yang substansial, memberikan wawasan penting untuk keputusan strategis dalam investasi, ekspansi pasar, dan skala operasional.