Berikut ringkasan dari teks tersebut:
Tesis ini menganalisis kelayakan finansial Sassle, sebuah startup perawatan rambut yang mengembangkan serum rambut berbahan dasar almond sebagai solusi alami untuk mengatasi masalah rambut rontok. Sassle bekerja sama dengan Sekolah Farmasi ITB untuk menciptakan produk yang efektif tanpa efek samping berbahaya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah model bisnis Sassle layak secara finansial dan mampu memberikan keuntungan yang substansial.
Penelitian ini menggunakan data primer dari catatan keuangan Sassle dan data sekunder dari perusahaan sejenis di industri perawatan rambut. Analisis dilakukan dengan metode seperti payback period, Net Present Value (NPV), dan Internal Rate of Return (IRR). Analisis skenario juga dilakukan untuk menguji kelayakan bisnis dalam kondisi pesimis, dasar, dan optimis.
Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam skenario dasar, Sassle memiliki payback period selama 2 tahun 6 bulan, NPV positif sebesar Rp377.496.292, dan IRR sebesar 53%, yang jauh melebihi Weighted Average Cost of Capital (WACC) sebesar 7,37%. Bahkan dalam skenario pesimis dengan penurunan penjualan 25%, bisnis ini tetap layak dengan payback period 3 tahun 4 bulan, NPV positif Rp265.601.139, dan IRR 35%. Dalam skenario optimis dengan kenaikan penjualan 15%, hasilnya lebih baik lagi dengan payback period 2 tahun 4 bulan, NPV positif Rp600.325.965, dan IRR 70%.
Tesis ini juga menganalisis lingkungan bisnis Sassle menggunakan Porter's Five Forces, SWOT, TOWS, dan Technological Readiness Level (TRL). Hasilnya menunjukkan bahwa Sassle memiliki kekuatan dalam inovasi dan kolaborasi dengan ITB, namun perlu mengatasi kelemahan seperti ketergantungan pada satu bahan utama (almond). Peluang pasar yang berkembang untuk produk perawatan rambut alami dan efektif juga diidentifikasi.
Berdasarkan analisis ini, tesis menyimpulkan bahwa model bisnis Sassle layak secara finansial dan mampu memberikan pengembalian yang signifikan. Tesis ini memberikan wawasan penting untuk keputusan strategis terkait investasi, ekspansi pasar, dan peningkatan skala operasional.
Untuk implementasi, Sassle perlu fokus pada strategi merek yang menarik bagi target pasar (wanita independen usia 19-40 tahun), diferensiasi produk melalui bahan dasar almond dan kemasan yang ramah lingkungan, serta pengembangan rencana pemasaran yang efektif. Selain itu, Sassle perlu mengamankan sumber daya keuangan yang cukup, membangun tim yang kompeten, dan mengoptimalkan penggunaan aset fisik.
Penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan valuasi proyek yang lebih rinci menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF) guna mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai intrinsik proyek.