Dalam dua puluh tahun terakhir, keberlanjutan sistem pangan global telah menjadi perhatian yang mendesak karena meningkatnya jumlah penduduk yang diperkirakan akan mencapai 10 miliar pada tahun 2050. Sektor pangan berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca dan konsumsi sumber daya, sehingga menciptakan tantangan lingkungan dan ketahanan pangan global yang signifikan. Kerangka kerja Circular Economy (CE) menawarkan solusi potensial dengan mempromosikan pendekatan siklus hidup produk yang berkelanjutan dan tertutup. Studi ini berfokus pada Bandung dan Yogyakarta, yang merupakan dua kota yang memiliki masalah serius dalam pengelolaan sampah. Industri makanan dan minuman merupakan kontributor utama sampah di Indonesia, sehingga pengadaan bahan baku berkelanjutan menjadi jalan penting untuk mengurangi sampah dan efisiensi sumber daya. Upaya kolaboratif dengan pemasok dapat mendorong inovasi dan mendorong sistem pangan yang lebih berkelanjutan. Terlepas dari pentingnya sektor jasa makanan di Indonesia secara ekonomi, penelitian mengenai pengadaan berkelanjutan secara kolaboratif di industri restoran masih terbatas. Penelitian ini membahas kesenjangan ini dengan meneliti bagaimana restoran dan pemasok menciptakan nilai melalui kolaborasi.