Kota-kota besar saat ini lebih bertumpu pada sektor jasa perkotaan untuk
pertumbuhan ekonominya. Kegiatan tersebut beraglomerasi di kawasan pusat
komersial kota. Pembangunan yang intensif pada kawasan komersial kota
menyebabkan kawasan ini memerlukan sumber daya air bersih yang besar.
Kurangnya cakupan sistem air perpipaan yang memadai di Jakarta menyebabkan
kegiatan komersial mengeksploitasi air tanah yang mengakibatkan kerawanan air
tanah. Penelitian ini bertujuan untuk membangun model water resources carrying
capacity (WRCC) pada perencanaan kawasan pusat komersial kota dengan studi
kasus Kawasan Kebayoran Baru secara system thinking dan system dynamics untuk
menggambarkan dinamika pada demand dan supply air bersih. Penelitian
menggambarkan bahwa faktor untuk perhitungan demand lebih tepat jika
menggunakan penggunaan lahan dibandingkan populasi pada kawasan dan demand
air pada kawasan dipengaruhi fungsi kawasan terhadap wilayah yang lebih luas.
Pada faktor supply lebih tepat menggunakan kapasitas air bersih pada kawasan dari
air tanah dan air perpipaan dibandingkan total potensi air, karena tidak semua
potensi air bisa dianggap sebagai air bersih. Selain itu pola keterkaitan antara
faktor-faktor demand dan supply air bersih pada kawasan Kebayoran Baru
menggambarkan Growth & Underinvestment Archetype. Masalah kerawanan air
tanah muncul karena perlunya menjaga kawasan komersial sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi kota tetapi terjadi underinvestment pada penyediaan air
perpipaan. Lebih jauh hasil simulasi dengan menggunakan system dynamics
menggambarkan bahwa intervensi kebijakan pada baik sisi demand maupun supply
akan memberikan indikator pertumbuhan ekonomi dan kerawanan air tanah yang
lebih baik dibandingkan jika intervensi kebijakan hanya dilakukan pada sisi
demand atau sisi supply saja.