digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Ari Agustar
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Ari Agustar
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Ari Agustar
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Ari Agustar
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Ari Agustar
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Ari Agustar
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Ari Agustar
PUBLIC Open In Flip Book Roosalina Vanina Viyazza

Indonesia telah mendeklarasikan komitment di Perjanjian Paris (COP21) untuk memerangi perubahan iklim akibat emisi karbon yang berlebihan dengan membatasi rata-rata kenaikan suhu dunia 1,5 oC di atas level pra-industri, dan Indonesia menyampaikan target NDC pertama di tahun 2030 sebesar 29% pengurangan gas rumah kaca. Target ini kemudian diterjemahkan menjadi target energi terbarukan dalam RUPTL 2021 – 2030 dimana PLTS sebesar 4,68 GW. Walaupun potensi energi surya yang sangat besar di Indonesia mencapai 208 GW di dalam RUEN atau bahkan lebih besar lagi, mencapai 559 GWp menurut kementrian ESDM, total kapasitas terpasang PLTS atap sangat kecil dan jauh dari target 3,6 GW di Indonesia di tahun 2025 atau target RUPTL 4,68 GW. Perkembangan PLTS atas di perumahan termasuk situasi yang kompleks yang melibatkan banyak pemangku kepentigan dengan kepentingan masing-masing. Studi ini menggunakan pendekatan system dinamik untuk mengembangkan sebuah model penilaian untuk mengevaluasi dampak dari kebijakan terhadap adopsi PLTS atap perumahan. Studi literatur, analisa pemangku kepentingan, dan Analisa PESTEL dilakukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel potensial yang berhubungan dengan perkembangan PLTS atap dan membuat rich picture diagram untuk memahami hubungan antar variabel. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dari beberapa pemangku kepentingan, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui makalah atau jurnal, laporan resmi pemerintah, atau laporan NGO. 16 variabel kunci teridentifikasi berdasarkan pengumpulan data, lalu CLD dikembangkan menggunakan variabel-variabel tersebut. CLD lalu ditransformasikan menjadi SFD menggunakan software Vensim PLE 10.1.3, yang juga digunakan untuk mensimulasikan beberapa scenario kebijakan terkait adopsi PLTS atap perumahan dan pengurangan emisi CO2. Sepuluh skenario disimulasikan dalam studi ini melibatkan tiga kelompok intervensi: tarif net metering awal, pengurangan biaya awal PLTS atap, batas atas ROI, dan kombinasi tarif net metering awal dan pengurangan biaya awal PLTS atap. Studi ini berdasarkan PERMEN ESDM No. 49/2018, yang memberlakukan skema net metering dengan faktor pengali 65% untuk surplus listrik yang diekspor ke dalam grid PLN. Walaupun peraturan terbaru, PERMEN ESDM No. 02/2024, telah diberlakukan baru-baru ini, namun, tidak dipertimbangkan dalam studi ini. Struktur dari model divalidasi melalui wawancara dengan beberapa pemangku kepentingan, dan membandingkan dengan keadaan sesungguhnya, dan sifat dari model divalidasi dengan membandingan data aktual antara tahun 2018 dan 2021 dengan hasil prediksi dari model. Sepuluh skenario disimulasikan antara tahun v 2022 dan 2030, dengan hasil prediksi pemasangan PLTS atap di tahun 2030 antara 2,74 GW – 7,72 GW. Angka ini artinya PLTS atap memiliki potensi untuk memenuhi target PLTS di dalam RUPTL 2021-2030. Kombinasi antara tarif net metering 80% dan pengurangan 30% biaya awal PLTS atap memiliki potensi instalasi tertinggi, potensi pengurangan emisi CO2 tertinggi, dan biaya akumulasi kebijakan terendah di tahun 2030. Studi ini dapat bermanfaat sebagai salah satu referensi oleh pembuat kebijakan di Indonesia untuk memformulasikan kebijakan yang optimal dalam mendorong pertumbuhan PLTS atap, dimana hasil simulasi memperlihatkan bahwa PLTS atap dengan intervensi yang tepat dapat memenuhi target PLTS atap pemerintah di tahun 2030.