digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Produksi batubara uap Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia, dengan cadangan terbukti batubara uap terbesar dikawasan Asia-Pasifik bersama dengan China dan Australia. Pada tahun 2023 produksi batubara Indonesia sekitar 775 juta ton dengan kebutuhan batubara dalam negeri mencapai 213 juta ton atau sekitar 27% dari produksi batubara nasional, hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan batubara di dalam negeri untuk keperluan energi dan non-energi memiliki peluang yang sangat besar di masa mendatang. PLTU batubara memiliki porsi terbesar dalam jumlah kapasitas terpasang pembangkit energi fosil yaitu sekitar 42.343 MW atau 59% dari total. Tren pemanfaatan batubara untuk PLTU terus meningkat seiring dengan tumbuhnya konsumsi energi listrik Indonesia dari waktu ke waktu. Tantangan dalam pemanfaatan batubara sebagai sumber energi primer kedepannya akan sangat berbenturan dengan isu lingkungan. International Energy Agency memproyeksikan semua skenario untuk pemenuhan target 1,50C demi mencapai target net zero emission tahun 2060, harus memuat pengurangan penggunaan bahan bakar batubara lebih cepat. Salah satunya adalah melalui penonaktifan PLTU batubara lebih cepat dari masa nonaktifasi secara normal atau lebih dikenal pensiun dini PLTU batubara. Pensiun dini PLTU akan berdampak pada banyak aspek diantaranya terkait dengan transisi yang berkeadilan untuk pekerja di sektor batubara, pertimbangan lingkungan, dan pertimbangan ekonomi. Oleh karena itu perlu kiranya sebuah perancangan dan analisis untuk melihat pengaruh pensiun dini PLTU batubara dari sisi hulu hingga hilir batubara sebagai sumber energi primer khususnya kaitannya dengan aspek lingkungan, aspek sosial dan aspek ekonomi. Dalam penelitian ini dikembangkan model sistem dinamik (SD), Model SD dipilih karena mampu menggambarkan struktur kompleks dan perilaku dalam lingkup sektoral yang dibahas. Pada penelitian ini, model pensiun dini PLTU batubara terdiri dari beberapa subsistem yang dikembangkan sesuai sistem nyata. Pensiun dini PLTU batubara akan sangat berdampak pada aspek lingkungan, tenaga kerja, biaya pembangkitan dan keandalan pasokan listrik nasional. pada aspek lingkungan, pensiun dini PLTU batubara dapat mengurangiemisiCO2pembangkitlistriksekitar176.093.000tonCO2 danemisiGRK pada sektor pertambangan batubara sekitar 7.396.000 ton CO2 equivalent selama masa early retired (tahun 2027-2030). Kehilangan tenaga kerja pada sektor pertambangan batubara adalah sekitar 11.992 pekerja (2027-2030), sedangkan pada sektor kelistrikan tenaga kerja yang hilang adalah sekitar 1.385 pekerja (2027-2030) dengan penyerapan tenaga kerja karena pengembangan pembangkit EBT adalah sekitar 4.531 pekerja (2027-2030). Kedepannya pensiun dini PLTU batubara akan sangat berdampak pada kenaikan biaya pembangkitan energi listrik, dengan rata-rata kenaikan diperkirakan sekitar Rp 4,81per kWh atau sekitar Rp 1.775 Miliar per tahun selama masa early retired. Pensiun dini PLTU batubara sangat berpotensi mengakibatkan kekurangan pasokan listrik nasional sehingga langkah-langkah mitigasi harus diupayakan sedemikian rupa dengan segala risiko dan manfaat yang akan terjadi. Penerapan pensiun dini PLTU batubara kedepannya harus melihat pada 3 pilar konsep pengembangan pembangkit listrik yaitu affordabilty (least cost), security of supply (keandalan) dan acceptability (environmental consideration) yang harus diupayakan agar ketiga aspek tersebut dapat terpenuhi