Indonesia mempunyai visi untuk mencapai net zero emisi pada tahun 2060. Untuk mencapai
target yang ditetapkan, pemerintah Indonesia menmbuat Enhanced National Ditented
Contribution (ENDC). Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi emisi didalam
ENDC adalah penggunaan biofuel. Biofuel dalam industri penerbangan dikenal luas dengan
istilah Sustainable Aviation Fuel (SAF). Indonesia telah melakukan uji terbang menggunakan
SAF yang diproduksi oleh BUMN, PT Pertamina (persero) grup untuk menunjukkan
kemampua Indonesia dalam memproduksi SAF. Langkah selanjutnya setelah melakukan uji
terbang adalah mempersiapkan rencana implementasi. Dipimpin oleh Kementerian Maritim
dan Investasi, peta jalan penerapan SAF saat ini sedang disusun, termasuk strategi
implementasinya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memberikan
perspektif berbeda terhadap strategi implementasi SAF di Indonesia. Kajian dilakukan dengan
mengkaji analisis PESTLE dan analisis Forces Porter 5 untuk memahami kondisi yang ada di
Indonesia. Kemudian perencanaan skenario dihasilkan dengan mengumpulkan data melalui
wawancara mendalam dengan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat seperti produsen &
pemasok bahan bakar minyak penerbang, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
Kementerian Perhubungan, OEM pesawat terbang, akademisi dan maskapai penerbangan di
Indonesia. Ada 11 kekuatan pendorong(driving forces) yang diidentifikasi dalam penelitian ini.
Empat skenario disusun dengan menggabungkan faktor pendorong paling berpengaruh yaitu
harga SAF dan faktor pendorong paling tidak pasti yaitu regulasi bagi maskapai penerbangan.
Skenario yang diinginkan untuk masa depan ditentukan oleh orang yang diwawancarai
kemudian ditandai sebagai kondisi ideal di masa depan. Kondisi ideal dan kondisi eksisting
dibandingkan untuk mencari kesenjangan. Kemudian kesenjangan tersebut dinilai
menggunakan matriks TOWS untuk menentukan strategi implementasi di PT Pertamina
(persero) group.