digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak Viviany [27122020]
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Konsep sustainable fashion sarat dengan isu inovasi yang sedang bertumbuh dan berkembang, yang mengakibatkan adanya dorongan di industri fashion untuk memperhatikan dampak dari rangkaian proses desain hingga produksi yang mengonsumsi sumber daya serta menghasikan limbah dan polusi. Pakaian modular, sebagai salah satu alternatif inovasi produk sustainable fashion, merupakan pakaian yang tersusun dari potongan modul yang dapat dibongkar dan dipasang kembali dengan kombinasi tidak terhingga. Perancangan ini mengangkat permasalahan keterbatasan implementasi pakaian modular di industri fashion, yang salah satunya diakibatkan oleh minimnya variasi sambungan antar modul di mana umumnya menggunakan alat sambung konvensional seperti resliting, kancing, velcro dan sebagainya. Teknik interlocking memiliki keunggulan sebagai sambungan yang lebih sustainable dikarenakan tidak membutuhkan material lainnya sebagai penunjang sehingga mempermudah proses daur ulang (fleksibilitas); proses pemasangan yang yang melibatkan konsumen sebagai co-designer (keragaman); dan kombinasi rangkaian modul yang tak terhingga sehingga dapat memperpanjang umur produk (kontinuitas). Dengan demikian, produk pakaian modular dengan sampungan interlocking diharapakan dapat mendukung sustainbale fashion dalam aspek circular fashion sebagai produk fesyen untuk segmen konsumen dengan tingkat fashion innovativeness dan ecological conciouesness yang tinggi; berdasarkan ketiga nilai potensi yang dimiliki, yakni fleksibilitas, keragaman, dan kontinuitas. Desain modul bersifat interlocking cenderung akan menciptakan pola yang berulang dengan mengembangkan elemen-elemen visual yang bersifat geometris. Warisan kebudayaan merupakan sebuah entitas hidup yang senantiasa mengalami perubahan dari masa ke masa. Salah satu warisan budaya tekstil Indonesia yang beragam adalah khazanah motif Batik, yang seringkali menjadi inspirasi visual dalam berbagai perancangan desain. Motif geometris Batik yang berulang seperti motif Swastika atau Banji, Ceplok, Parang, Kawung dan sebagainya; memiliki potensi besar untuk diadapatasi menjadi pola interlocking. Pada penerapan motif Batik pada perancangan pola interlocking pakaian modular perempuan, merupakan bentuk transformasi budaya sebagai upaya pelestarian eksistensi ragam motif geometris Batik. Dengan demikian, diharapkan pakaian modular dengan pola interlocking dari ragam motif dapat berkontribusi menjadi altenatif solusi pada perkembangan sustainable fashion, baik sebagai produk inovasi maupun secara kultural. Pada proses perancangan terdapat pendekatan mixed-method, baik secara empirik maupun eksperimental yang disusun dalam framework Double Diamond. Pendekatan secara kualitatif maupun kuantitatif diterapkan untuk memperoleh kebutuhan data yang diperlukan dalam tahapan cluster topic, preliminary, eksperimen hingga tahap testing. Topik data primer maupun sekunder dibutuhkan terkait persepsi dan awareness terhadap produk pakaian modular hingga tahap uji coba implementasi inovasi pakaian modular dengan sambungan pola interlocking ragaam motif geometris Batik. Melalui framework Double Diamond, proses perancangan akan tersusun sebagai tahapan- tahapan dengan struktur pemikiran yang convergen dan divergen secara berulang. Dengan demikian, perancangan pola interlocking dengan inspirasi visual dari ragam motif geometris Batik yang akan diterapkan sebagai metode sambungan dapat menjadi salah satu alternatif inovasi pakaian modular Perempuan yang dapat diterapkan dalam industri fashion.