digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Saat ini, adopsi kendaraan listrik telah menarik banyak perhatian, karena adanya isu lingkungan untuk mengurangi emisi karbon yang meningkat di seluruh dunia. Namun, setiap negara menghadapi tantangan yang berbeda dalam melakukan transisi adopsi teknologi ini, terutama pada negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji transisi teknologi eksisting menjadi inovasi berkelanjutan dalam konteks kendaraan listrik sebagai inovasi dalam transportasi. Pemodelan Berbasis Agen dipilih karena kemampuannya untuk mengidentifikasi pengaruh interaksi agen dan faktor lainnya pada tingkat mikro, terhadap permasalahan utamanya pada tingkat makro. Kerangka level mikro dan makro ini diturunkan dari kerangka Perspektif Multi Level (PML), yang dilengkapi oleh karakteristik agen berdasarkan teori adopsi inovasi dan mekanisme komunikasinya. Dari hasil analisis klaster, terbentuk empat klister yaitu Inovator, Early Adopter, Early Majority, dan klister tanpa kategori. Setiap klaster memiliki preferensi fitur dan mekanisme komunikasi berbeda yang membuat mereka merespons stimulus dengan cara yang berbeda pula. Para inovator cenderung terbuka terhadap teknologi baru dan dengan cepat mempengaruhi klaster lain untuk mengadopsi teknologi baru dan menjadi inovator baru. Dalam konteks adopsi kendaraan listrik, dinamika agen ini telah menghasilkan berbagai sifat yang muncul ketika diperkenalkan ke berbagai skenario. Sifat yang muncul dapat bervariasi dari adopsi kendaraan listrik berbasis baterai yang tinggi pada kondisi saturasi, adopsi kendaraan hibrida yang tinggi pada kondisi saturasi, atau readopsi kendaraan diesel. Dari sifat yang muncul, kondisi yang paling baik dalam menghasilkan probabilitas adopsi kendaraan listrik berbasis baterai (KLBB) yang tertinggi (92%) pada periode yang singkat (tahun ke-37), stimulus yang diperlukan untuk KLBB ternyata tidak terlalu agresif. Fitur unggulan KLBB yang memungkinkan probabilitas adopsi maksimum terdiri dari jangkauan jarak tempuh, fitur otomasi, dan tingkat emisi. Dengan dominasi inovator di masa depan, preferensi terhadap kendaraan akan bergeser dari preferensi konvensional untuk memenuhi kebutuhan primer seperti biaya atau operasional; untuk kebutuhan yang lebih tersier. Perkembangan transportasi massal yang akan lebih maju dan mencakup daerah yang lebih luas juga dapat menjelaskan pergeseran preferensi dalam memilih kendaraan. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengkaji kebijakan yang ada untuk mempercepat adopsi moda transportasi ramah lingkungan di negara tertentu yang masih dalam tahap awal adopsi, seperti iv Indonesia. Stimulus atau kebijakan yang diterapkan juga dapat dinilai untuk memastikan efektivitasnya. Dalam konteks Indonesia, di mana kendaraan listrik adalah teknologi yang baru berkembang, pendekatan kategorisasi berdasarkan teori adopsi inovasi akan membuka perspektif baru dalam menilai adopsi kendaraan listrik. Hal ini disebabkan keterbatasan parameter terkait kendaraan listrik yang ada di Indonesia, seperti perilaku pengisian baterai, ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik, dan biaya dampak lingkungan. Oleh karena itu, pemanfaatan penelitian ini akan berguna bagi pembuat kebijakan untuk menilai kebijakan saat ini untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Selain itu, produsen kendaraan listrik juga akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini, mulai dari segi faktor apa saja yang menarik masyarakat Indonesia untuk membeli kendaraan listrik, sehingga strategi pemasaran dapat diatur dengan efektif.