Saat ini, adopsi kendaraan listrik telah menarik banyak perhatian, karena adanya
isu lingkungan untuk mengurangi emisi karbon yang meningkat di seluruh dunia.
Namun, setiap negara menghadapi tantangan yang berbeda dalam melakukan
transisi adopsi teknologi ini, terutama pada negara berkembang. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji transisi teknologi eksisting menjadi inovasi
berkelanjutan dalam konteks kendaraan listrik sebagai inovasi dalam transportasi.
Pemodelan Berbasis Agen dipilih karena kemampuannya untuk mengidentifikasi
pengaruh interaksi agen dan faktor lainnya pada tingkat mikro, terhadap
permasalahan utamanya pada tingkat makro. Kerangka level mikro dan makro ini
diturunkan dari kerangka Perspektif Multi Level (PML), yang dilengkapi oleh
karakteristik agen berdasarkan teori adopsi inovasi dan mekanisme
komunikasinya. Dari hasil analisis klaster, terbentuk empat klister yaitu Inovator,
Early Adopter, Early Majority, dan klister tanpa kategori. Setiap klaster memiliki
preferensi fitur dan mekanisme komunikasi berbeda yang membuat mereka
merespons stimulus dengan cara yang berbeda pula. Para inovator cenderung
terbuka terhadap teknologi baru dan dengan cepat mempengaruhi klaster lain
untuk mengadopsi teknologi baru dan menjadi inovator baru. Dalam konteks
adopsi kendaraan listrik, dinamika agen ini telah menghasilkan berbagai sifat yang
muncul ketika diperkenalkan ke berbagai skenario. Sifat yang muncul dapat
bervariasi dari adopsi kendaraan listrik berbasis baterai yang tinggi pada kondisi
saturasi, adopsi kendaraan hibrida yang tinggi pada kondisi saturasi, atau readopsi
kendaraan diesel. Dari sifat yang muncul, kondisi yang paling baik dalam
menghasilkan probabilitas adopsi kendaraan listrik berbasis baterai (KLBB) yang
tertinggi (92%) pada periode yang singkat (tahun ke-37), stimulus yang diperlukan
untuk KLBB ternyata tidak terlalu agresif. Fitur unggulan KLBB yang
memungkinkan probabilitas adopsi maksimum terdiri dari jangkauan jarak
tempuh, fitur otomasi, dan tingkat emisi. Dengan dominasi inovator di masa depan,
preferensi terhadap kendaraan akan bergeser dari preferensi konvensional untuk
memenuhi kebutuhan primer seperti biaya atau operasional; untuk kebutuhan yang
lebih tersier. Perkembangan transportasi massal yang akan lebih maju dan
mencakup daerah yang lebih luas juga dapat menjelaskan pergeseran preferensi
dalam memilih kendaraan. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
mengkaji kebijakan yang ada untuk mempercepat adopsi moda transportasi ramah
lingkungan di negara tertentu yang masih dalam tahap awal adopsi, seperti
iv
Indonesia. Stimulus atau kebijakan yang diterapkan juga dapat dinilai untuk
memastikan efektivitasnya. Dalam konteks Indonesia, di mana kendaraan listrik
adalah teknologi yang baru berkembang, pendekatan kategorisasi berdasarkan
teori adopsi inovasi akan membuka perspektif baru dalam menilai adopsi
kendaraan listrik. Hal ini disebabkan keterbatasan parameter terkait kendaraan
listrik yang ada di Indonesia, seperti perilaku pengisian baterai, ketersediaan
stasiun pengisian kendaraan listrik, dan biaya dampak lingkungan. Oleh karena
itu, pemanfaatan penelitian ini akan berguna bagi pembuat kebijakan untuk menilai
kebijakan saat ini untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Selain
itu, produsen kendaraan listrik juga akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini,
mulai dari segi faktor apa saja yang menarik masyarakat Indonesia untuk membeli
kendaraan listrik, sehingga strategi pemasaran dapat diatur dengan efektif.