Saat ini, adopsi kendaraan listrik telah menarik banyak perhatian, karena adanya isu lingkungan
untuk mengurangi emisi karbon yang meningkat di seluruh dunia. Namun, setiap negara
menghadapi tantangan yang berbeda dalam melakukan transisi adopsi teknologi ini, terutama
pada negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji transisi teknologi eksisting
menjadi inovasi berkelanjutan dalam konteks kendaraan listrik sebagai inovasi dalam
transportasi. Pemodelan Berbasis Agen dipilih karena kemampuannya untuk mengidentifikasi
pengaruh interaksi agen dan faktor lainnya pada tingkat mikro, terhadap permasalahan utamanya
pada tingkat makro. Kerangka level mikro dan makro ini diturunkan dari kerangka Perspektif
Multi Level (PML), yang dilengkapi oleh karakteristik agen berdasarkan teori adopsi inovasi dan
mekanisme komunikasinya. Dari hasil analisis klaster, terbentuk empat klister yaitu Inovator,
Early Adopter, Early Majority, dan klister tanpa kategori. Setiap klaster memiliki preferensi fitur
dan mekanisme komunikasi berbeda yang membuat mereka merespons stimulus dengan cara yang
berbeda pula. Para inovator cenderung terbuka terhadap teknologi baru dan dengan cepat
mempengaruhi klaster lain untuk mengadopsi teknologi baru dan menjadi inovator baru. Dalam
konteks adopsi kendaraan listrik, dinamika agen ini telah menghasilkan berbagai sifat yang
muncul ketika diperkenalkan ke berbagai skenario. Sifat yang muncul dapat bervariasi dari adopsi
kendaraan listrik berbasis baterai yang tinggi pada kondisi saturasi, adopsi kendaraan hibrida
yang tinggi pada kondisi saturasi, atau re-adopsi kendaraan diesel. Dari sifat yang muncul,
kondisi yang paling baik dalam menghasilkan probabilitas adopsi kendaraan listrik berbasis
baterai (KLBB) yang tertinggi pada periode yang singkat, stimulus yang diperlukan untuk KLBB
ternyata tidak terlalu agresif. Fitur unggulan KLBB yang memungkinkan probabilitas adopsi
maksimum terdiri dari jangkauan jarak tempuh, fitur otomasi, dan tingkat emisi. Dengan dominasi
inovator di masa depan, preferensi terhadap kendaraan akan bergeser dari preferensi
konvensional untuk memenuhi kebutuhan primer seperti biaya atau operasional; untuk kebutuhan
yang lebih tersier. Perkembangan transportasi massal yang akan lebih maju dan mencakup
daerah yang lebih luas juga dapat menjelaskan pergeseran preferensi dalam memilih kendaraan.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengkaji kebijakan yang ada untuk
mempercepat adopsi moda transportasi ramah lingkungan di negara tertentu yang masih dalam
tahap awal adopsi, seperti Indonesia. Stimulus atau kebijakan yang diterapkan juga dapat dinilai
untuk memastikan efektivitasnya. Dalam konteks Indonesia, di mana kendaraan listrik adalah
teknologi yang baru berkembang, pendekatan kategorisasi berdasarkan teori adopsi inovasi akan
membuka perspektif baru dalam menilai adopsi kendaraan listrik. Hal ini disebabkan
keterbatasan parameter terkait kendaraan listrik yang ada di Indonesia, seperti perilaku pengisian
baterai, ketersediaan stasiun pengisian kendaraan listrik, dan biaya dampak lingkungan. Oleh
iv
karena itu, pemanfaatan penelitian ini akan berguna bagi pembuat kebijakan untuk menilai
kebijakan saat ini untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia. Selain itu, produsen
kendaraan listrik juga akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini, mulai dari segi faktor apa
saja yang menarik masyarakat Indonesia untuk membeli kendaraan listrik, sehingga strategi
pemasaran dapat diatur dengan efektif.