digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Konflik Israel-Palestina yang sedang berlangsung telah memicu perdebatan global dan mendorong boikot konsumen terhadap merek-merek yang dianggap mendukung salah satu pihak, termasuk Starbucks di Indonesia. Penelitian ini meneliti pengaruh gerakan boikot yang terkait dengan konflik Israel-Palestina terhadap pilihan belanja masyarakat Indonesia terhadap Starbucks. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk menyebarkan survei kepada 314 konsumen Indonesia, dengan tujuan mengumpulkan data tentang tingkat kesadaran mereka dan pola pembelian terkait dengan Starbucks Indonesia di tengah gerakan boikot yang sedang berlangsung. Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM) digunakan untuk mengevaluasi data dan menyelidiki hubungan antara permusuhan konsumen, niat boikot, penilaian produk, niat membeli, dan keputusan pembelian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah besar konsumen menyadari gerakan boikot dan memiliki keyakinan bahwa Starbucks mendukung Israel, sehingga banyak di antara mereka yang menyatakan kesiapan untuk memboikot produk Starbucks. Perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa elemen kunci, termasuk permusuhan konsumen, niat boikot, penilaian produk, niat membeli, dan keputusan pembelian akhir. Media sosial memainkan peran penting dalam membentuk sikap ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa ketika orang memiliki persepsi negatif terhadap posisi politik suatu negara, mereka cenderung memiliki opini negatif terhadap suatu produk dan kurang bersedia untuk membelinya. Hal ini pada akhirnya menyebabkan penurunan penjualan Starbucks di Indonesia. Penelitian ini menyoroti pentingnya pertimbangan etika dan netralitas politik perusahaan dalam menjaga keputusan pembelian. Penelitian ini menawarkan wawasan penting kepada perusahaan multinasional tentang cara mengelola reputasi merek selama konflik geopolitik.