Saat ini konsep ESG (Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola) dan pendanaan hijau
menjadi populer di industri perbankan. Dahulu perbankan hanya fokus pada
bagaimana menghasilkan margin laba bersih dengan menjadi pihak perantara
antara pihak peminjam dan yang menempatkan dana. Namun saat ini, ada tren
yang berkembang di industri perbankan untuk beralih dari sekadar pertimbangan
keuangan, menjadi memasukkan unsur pertimbangan lingkungan, sosial, dan tata
kelola ke dalam proses pengambilan keputusan.
Penyaluran pendanaan hijau di Citi Indonesia masih rendah jika dibandingkan
dengan pembiayaan konvensional walaupun telah memiliki kerangka ESG yang
seharusnya efektif dalam mendorong investasi berkelanjutan. Penelitian ini
bertujuan untuk menyelidiki tantangan yang dihadapi Citi Indonesia dalam
mengintegrasikan kerangka ESG ke dalam program pencairan pendanaan hijau,
dan untuk merekomendasikan solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi
tantangan tersebut. Penelitian ini juga untuk mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang berkontribusi terhadap rendahnya pencairan pendanaan hijau,
menganalisa persepsi nasabah dalam pengambilan keputusan terhadap produk
pendanaan hijau, mengembangkan rekomendasi untuk meningkatkan pencairan
pendanaan hijau, dan mengkaji peran OJK dalam mempromosikan keuangan
hijau.
Kajian ini akan menggunakan metode wawancara untuk memperoleh data primer
dan kajian literatur untuk data sekunder. Temuan yang diperoleh dianalisa
menggunakan fishbone diagram untuk analisis akar permasalahan, digabungkan
dengan Analisa 5-Whys, dan kerangka PESTEL untuk analisis eksternal.
Kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pendalaman pasar
pendanaan hijau di sektor perbankan Indonesia, dan memberikan rekomendasi
bagi Citi Indonesia untuk meningkatkan pencairan pendanaan hijau.