ABSTRAK Trio As'cholani
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 1 Trio As'cholani
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 2 Trio As'cholani
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 3 Trio As'cholani
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 4 Trio As'cholani
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 5 Trio As'cholani
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
BAB 6 Trio As'cholani
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
PUSTAKA Trio As'cholani
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
LAMPIRAN Trio As'cholani
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Open In Flip Book Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Jakarta Selatan, sebagai bagian dari wilayah administrasi DKI Jakarta, memiliki
peran strategis dalam dinamika perkotaan ibu kota. Dikenal sebagai kawasan bisnis,
perumahan, dan pusat perbelanjaan, Jakarta Selatan juga mengalami tantangan
transportasi yang signifikan. Salah satu kawasan penting di Jakarta Selatan adalah
Blok M, yang berfungsi sebagai pusat transit utama dan hub-komersial. Untuk
mewujudkan Kawasan Blok M menjadi kawasan berorientasi transit, diperlukan
operasionalisasi yang terintegrasi dalam pengembangan kawasan dan sistem
transportasi. Melalui penetapan Kawasan Blok M menjadi kawasan berorientasi
transit dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang
RTRW DKI Jakarta Tahun 2011 – 2030 tentu berpengaruh pada sistem transportasi
internal Kawasan Blok M.
Adanya kebijakan untuk penetapan kawasan berorientasi transit diharapkan
menjadi solusi atas permasalahan transportasi di Jakarta Selatan dan Jakarta secara
umum. Konsep TOD diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap
kendaraan pribadi, meningkatkan penggunaan transportasi umum dan kendaraan
non-bermotor, dan mendorong pengembangan aktivitas ramah lingkungan.
Karakteristik kawasan pusat bisnis dan komersial di Jakarta, mengakibatkan
dominasi demografi adalah pekerja serta pola transportasi di kawasan dinilai sangat
dinamis dan kompleks. Perkembangan aktivitas ride-hailing, merupakan tanda
revolusi transportasi yang didorong oleh layanan on-demand. Dampaknya pada
sistem transportasi terasa langsung dan signifikan. Dalam Renstra Kota Jakarta
Selatan Tahun 2023-2026, kemacetan selalu menjadi isu strategis. Kekhawatiran
muncul bahwa upaya penerapan TOD dan penggunaan transportasi umum dapat
menurun, yang pada akhirnya mempengaruhi keberlanjutan sistem transportasi.
Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk beradaptasi atas perkembangan
teknologi, terkhusus perkembangan transportasi on-demand. Sering kali, kurangnya
data kondisi terkini menyebabkan pengambilan keputusan seringkali tidak tepat
sasaran. Maka dari itu, penting untuk melakukan profiling, untuk mengetahui siapa
pengguna layanan ride-hailing dan bagaimana adopsinya mempengaruhi moda
perjalanan eksisting, atau memprediksi potensi pertumbuhan moda yang muncul di
masa depan.v
Tujuan dari studi untuk memahami dan memperluas pengetahuan tentang siapa
pengguna opsi mobilitas baru dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi adopsinya
dibandingkan moda transportasi publik. Studi dilakukan terhadap pekerja yang
tinggal di Kawasan Blok M (Melawai, Kramat Pela, Petogogan, Pulo, Gandaria
Utara). Berbagai faktor yang dapat memprediksi substitusi terhadap transportasi
berkelanjutan disusun berdasarkan sintesa dari berbagai studi terdahulu yang
relevan dengan perencanaan transportasi di tingkat internasional, kemudian
disesuaikan dengan kondisi demografis dan kondisi lokasi studi. Penelitian
menggunakan instrumen kuesioner untuk mengumpulkan respon responden,
dengan metode non-probability sampling, dimana kriteria responden telah
ditetapkan sebelumnya. Kuesioner disusun dengan pendekatan stated preference
untuk mengidentifikasi pilihan responden dari keadaan hipotesis atau rencana dan
revealed preference untuk mengidentifikasi pilihan responden dari alternatif pilihan
yang sudah ada. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik biner
untuk melihat hubungan antara penggunaan layanan ride-hailing dan variabel apa
yang signifikan berpengaruh terhadap substitusi ride-hailing terhadap transportasi
umum (model). Proses iteratif dilakukan dua kali untuk setiap model, pertama untuk
mengidentifikasi variabel apa yang berpengaruh terhadap substitusi transportasi
umum, kedua dari beberapa variabel yang signifikan akan dilihat atribut variabel
yang signifikan berpengaruh untuk setiap model.
Hasil analisis menunjukkan, faktor yang signifikan mempengaruhi dan membentuk
pola pemilihan moda pekerja di Kawasan Blok M untuk transportasi umum adalah
variabel Pendapatan Rumah Tangga Tahunan dimana atribut pendapatan rumah
tangga tahunan rendah-menengah cenderung menggunakan opsi ride-hailing,
sedangkan menengah keatas-tinggi cenderung mempertahankan penggunaan
transprotasi umum, Kepemilikan Kendaraan Pribadi, Biaya Perjalanan, Waktu
Penggunaan, dan Berbagai alasan penggunaan ride-hailing seperti lebih cepat dari
moda transit, pertimbangan sulit parkir di lokasi kerja/tujuan, dan faktor cuaca.
Hasil dari studi, diharapkan memberikan informasi kebijakan publik untuk
memastikan bahwa teknologi mobilitas berbagi akan melengkapi kondisi
multimodal yang ada dengan tidak memperburuk masalah lingkungan atau
kesenjangan terkait pilihan mobilitas individu. Diperlukan sinergisitas antar
pemangku kebijakan dalam menyikapi digitalisasi transportasi yang terjadi hingga
peruusan alternatif yang mungkin bisa menjawab masalah yang muncul. Hal
tersebut, secara tidak langsung akan berdampak pada terwujudnya konsep
pengembangan TOD yang baik melalui perbaikan sistem transportasi serta
komponen di dalamnya.