digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Struktur jembatan dirancang untuk menahan beban terbagi rata, beban garis terpusat, beban bergerak, serta beban sendiri dan komponen jembatan. Namun, di Indonesia sering kali tidak mempertimbangkan potensi kebakaran di bawah jembatan. Kebakaran ini dapat merusak integritas dan kekuatan struktur karena suhu tinggi menyebabkan retak, spalling, karbonasi, serta penurunan mutu beton dan tulangan. Dampak kebakaran ini sering kali tidak diperhitungkan dalam desain, sehingga membutuhkan perbaikan (retrofit). Oleh karena itu, penting untuk meneliti perilaku dan dampak dari metode perbaikan yang umum digunakan. Dalam penelitian ini, sejumlah 8 balok dengan kuat tekan tinggi (41.5 MPa) yang merepresentasikan girder jembatan akan melalui proses pembakaran dengan suhu konstan 800 °C selama 2 jam. Spesimen terbagi menjadi 4 kelompok: spesimen BH-1 yang tidak diperkuat, spesimen BH-2 yang diinjeksi epoksi dan diberi perkuatan lentur FRP, spesimen BH-3 yang diganti selimut beton dengan mortar dan diberi perkuatan lentur FRP, serta spesimen BH-4 yang diganti selimut beton dengan mortar, diberi perkuatan lentur FRP, serta diperkuat dengan FRP geser dengan skema U-Wrap. Objektif utama dari penelitian ini adalah mengevaluasi perilaku balok yang terpapar suhu tinggi serta perilakunya setelah diperbaiki dengan metode yang umum digunakan. Berdasarkan hasil eksperimen, balok mutu tinggi yang awalnya mengalami kegagalan lentur mengalami kegagalan geser tekan setelah terpapar suhu tinggi. Perkuatan yang dilakukan tidak mampu mengubah mode kegagalan geser tekan akibat kapasitas geser yang terdegradasi. Perbaikan berhasil memulihkan hampir sepenuhnya kekakuan dan gaya ultimit, tetapi daktilitas tidak pulih karena kegagalan geser tekan yang bersifat getas. Perbaikan dengan mengganti selimut beton dengan mortar serta tambahan perkuatan lentur FRP berhasil memulihkan kekakuan sepenuhnya.