LRT merupakan salah satu transportasi berbasis rel yang menerapkan kawasan
dengan konsep TOD pada beberapa titik stasiun, hal tersebut untuk mengurangi
tingkat kemacetan dan keefisienan kota. Dalam hal ini Aksesibilitas merupakan
salah satu pemenuhan penerapan konsep TOD, dikarenakan ukuran tingkat
kenyamanan dan kemudahan dalam pencapaian transportasi terhadap fungsi tata
guna lahan. Stasiun LRT Harjamukti menerapkan pendekatan konsep TOD dengan
memaksimalkan peningkatan angkutan umum dan fasilitas yang ramah dengan
pejalan kaki dan pesepeda. Metode yang digunakan dalam analisis aksesibilitas
terhadap konsep TOD merupakan Metode Importance Performance Analysis (IPA),
dan analisis terhadap tata guna lahan pada kawasan tersebut menggunakan Metode
Pengukuran. Dari analisis aksesibilitas yang dilakukan didapatkan hasil pada
variabel walk, connect dan transit terhadap area trotoar maupun peran transportasi
publik berada pada kuadran II dengan harapan pengguna tetap dipertahankan. Pada
variabel cycle dan shift terhadap kawasan pesepeda dan kepadatan di area stasiun
perlu diperhatikan kembali dikarenakan berada pada kuadran I dengan harapan
pengguna untuk diprioritaskan dalam pengembangan fasilitas yang ada. Pengguna
LRT Harjamukti yang didominasi dengan radius >10km dengan menggunakan
transportasi publik. Persentase tata guna lahan menggunakan metode pengukuran
memiliki KDB 8% dan tingkat KLB sekitar 0,2-0,5 pada lahan non permukiman,
sedangkan besar persentase lahan campuran pada permukiman didominasi sebesar
22% dan 54% pada area non permukiman. Maka menurut penilaian parameter TOD
ITDP 2017 kawasan Stasiun Harjamukti didapatkan nilai persentase dengan
menggunakan metode IPA dan pengukuran yang didapatkan poin sebesar 42 yang
masih dikategorikan bukan termasuk kawasan TOD dengan poin minimal standard
TOD ITDP sebesar 52.